Membutuhkan kemampuan menilai dan menyusun argumen agar bisa menentukan sikap.
Ketika mendengar kata argumen mungkin terbayang dua pihak yang sedak cekcok atau adu mulut, padahal argumen dan adu mulut berbeda. Jika adu mulut satu pihak percaya satu hal dan pihak lain percaya hal yang berbeda. Adapun argumen adalah serangkaian kalimat yang bersifat persuasif atau bertujuan mengubah pandangan orang dari tidak setuju menjadi setuju, dari pilihan A menjadi B, atau dari tidak yakin menjadi yakin.
Yang membedakan argumen dan opini adalah: Argumen harus terdiri dari beberapa kalimat.
Kalimat 1 kesimpulan
Kalimat 2,3 dan seterusnya adalah premis atau yang menjadi alasan dasar.
Opini seseorang tentang sebuah topik belum tentu dapat disebut argumen, baru bisa disebut argumen jika memiliki premis-premis yang mendukung opini-opini tersebut
Misalnya:
Lika berkata : menurut saya solusi radikalisme adalah memperkuat pengawasan aparat kepada masyarakat
Budi menanggapi: saya tidak setuju, menurut saya solusi radikalisme adalah peningkatan kualitas pendidikan.
Perbedaan : adu mulut
Karena mereka tidak menyampaikan alasan dibalik opini tersebut. Akan tetapi jika budi menambahkan satu kalimat sederhana sehingga menjadi:
“Solusi radikalisme adalah pengangkatan kualitas pendidikan karena banyak kelompok radikalisme merekrut mereka yang berpendidikan rendah.”
Maka pernyataan tersebut bisa disebut argumen
Salah satu ciri lain dari pernyataan yang bukan argumen adalah jka pernyataan tersebut tidak dapat diperdebatkan.
Berikut hal-hal yang bukan argumen:
Fakta “sifat air, air tidak memiliki warna, bau maupun rasa
Deskripsi “langit hari ini cerah dan tidak berawan”
Penjelasan “tumbuhan membuat udara menjadi sejuk disiang hari melalui fotosintesis yang menghasilkan oksigen”
Premis dan kesimpulan yang membentuk sebuah argumen, proses penarikan kesimpulan dari premis-premis disebut penalaran
Penalaran terdapat dua macam:
Deduktif
Penalaran jika semua premis benar atau aktual
Maka kesimpulan yang diambil pasti benar
Contoh:
-Semua murid yang mendapat nilai dibawah 60 harus mengikuti remedial
-Nilai Ridwan 45, Santoso 30, Irma 50
-Ridwan, Santoso, Irma harus mengikuti remedial
Induktif
Walaupun penalaran ini premis-premis nya benar atau aktual
Maka kesimpulan yang diambil belum tentu benar
Contoh:
-Dinda, Satria, Wawan sekolah di SMA 101 pandai matematika
-Anak-anak yang bersekolah di SMA 101 pandai matematika
Pernyataan itu belum tentu benar
Minggu, 28 April 2019
Pelajaran 2 (melindungi diri dengan logika)
Sebelum menanggapi informasi ada beberapa yang harus kita lakukan:
Berfikir sistem 1
Sistem ini membuat penilaian instan terhadap informasi apapun tanpa pemikiran mendalam. Jika tanggapan kita terhadap informasi dibentuk sistem ini maka kualitas tanggapan patut diragukan.
Berfikir sistem 2
Saat menggunakan sistem ini, kita melakukan usaha ekstra untuk menyerap dan menilai informasi secara rasional. Kita bisamemperkuat cara berfikir ini dengan membiasakan untuk bertanya.
Setelah membaca atau mendengar suatu pernyataan, kita harus menanyakan beberapa hal agar dapat menyikapi atau menanggapi pernyataan secara kritis
Definisi (apakah kita sudah betul-betul paham arti atau definisi setiap kata didalam informasi yang kita terima?)
Kadang kita merasa sudah memahami pernyataan seseorang serta istilah yang dipakai sering muncul dalam kehidupan sehari-hari, tapi bisa saja maksudnya berbeda dari yang kita kira
Misalnya:
Mereka yang punya gagasan politik. Di kedua kubu pasti sebel dengan bully dan hoax. Di tengah noise, siapa yang dengar suara mereka?
Karena kita harus benar-benar paham maksud dari pernyataan tersebut. Berikut beberapa cara sebelum menanggapi suatu pernyataan:
Menentukan kata kunci, seperti mereka, kedua kubu, bully, hoax, dan noise.
Pastikan bahwa pemahaman kita dengan kata tadi sudah sama dengan cara bertanya apa yang dia maksud. Dengan memahami masing-masing kata kunci kita dapat memahami maksud si pemilik kata secara keseluruhan setelah itu barulah kita bisa menyikapinya dengan sesuai.
Waspadai kata-kata ambigu. Yaitu yang mempunyai lebih dari satu arti.
Misalnya teman kita berkata: Hanya kejahatan luar biasa yang layak diganjar hukuman mati
Sebelum kita menyetujui atau menyanggah pernyataan tersebut. Apakah kita yakin sudah tahu apa yang dimaksud kejahatan luas biasa , kita bisa mengira yang dimaksudnya adalah kejahatan kemanusiaan yang sangat keji seperti perbudakan, tapi bisa saja maksud yang sebenarnya adalah korupsi berskala besar. Jika kita menanggapi pernyataan tadi. Sebelum memastikan bahwa pemahaman kita sama, maka diskusi setelahnya akan penuh kesalah pahaman.
Konteks (apa konteks informasi yang kita terima?)
Jika definisi berhubungan dengan arti kata, konteks berhubungan dengan latar belakang dibalik informasi. Mengetahui konteks berhubungan membuat kita paham kenapa sebuah pernyataan bisa muncul.
Misalnya: Wajib militer harus diberlakukan bagi seluruh warga negara Indonesia yang sudah cukup umur
Bukan hanya definisi kata-kata kunci seperti wajib militer dan cukup umur yang perlu kita ketahui. Namun juga keadaan apa yang memicu munculnya kalimat itu. Kemungkinan ada isub meninggkatnya jumlah konflik bersenjata di Asia sehingga si penulis kalimat merasa akan terjadi perang atau mungkin wajibnya militer dapat mengembangkan nasionalisme anak muda.
Berfikir sistem 1
Sistem ini membuat penilaian instan terhadap informasi apapun tanpa pemikiran mendalam. Jika tanggapan kita terhadap informasi dibentuk sistem ini maka kualitas tanggapan patut diragukan.
Berfikir sistem 2
Saat menggunakan sistem ini, kita melakukan usaha ekstra untuk menyerap dan menilai informasi secara rasional. Kita bisamemperkuat cara berfikir ini dengan membiasakan untuk bertanya.
Setelah membaca atau mendengar suatu pernyataan, kita harus menanyakan beberapa hal agar dapat menyikapi atau menanggapi pernyataan secara kritis
Definisi (apakah kita sudah betul-betul paham arti atau definisi setiap kata didalam informasi yang kita terima?)
Kadang kita merasa sudah memahami pernyataan seseorang serta istilah yang dipakai sering muncul dalam kehidupan sehari-hari, tapi bisa saja maksudnya berbeda dari yang kita kira
Misalnya:
Mereka yang punya gagasan politik. Di kedua kubu pasti sebel dengan bully dan hoax. Di tengah noise, siapa yang dengar suara mereka?
Karena kita harus benar-benar paham maksud dari pernyataan tersebut. Berikut beberapa cara sebelum menanggapi suatu pernyataan:
Menentukan kata kunci, seperti mereka, kedua kubu, bully, hoax, dan noise.
Pastikan bahwa pemahaman kita dengan kata tadi sudah sama dengan cara bertanya apa yang dia maksud. Dengan memahami masing-masing kata kunci kita dapat memahami maksud si pemilik kata secara keseluruhan setelah itu barulah kita bisa menyikapinya dengan sesuai.
Waspadai kata-kata ambigu. Yaitu yang mempunyai lebih dari satu arti.
Misalnya teman kita berkata: Hanya kejahatan luar biasa yang layak diganjar hukuman mati
Sebelum kita menyetujui atau menyanggah pernyataan tersebut. Apakah kita yakin sudah tahu apa yang dimaksud kejahatan luas biasa , kita bisa mengira yang dimaksudnya adalah kejahatan kemanusiaan yang sangat keji seperti perbudakan, tapi bisa saja maksud yang sebenarnya adalah korupsi berskala besar. Jika kita menanggapi pernyataan tadi. Sebelum memastikan bahwa pemahaman kita sama, maka diskusi setelahnya akan penuh kesalah pahaman.
Konteks (apa konteks informasi yang kita terima?)
Jika definisi berhubungan dengan arti kata, konteks berhubungan dengan latar belakang dibalik informasi. Mengetahui konteks berhubungan membuat kita paham kenapa sebuah pernyataan bisa muncul.
Misalnya: Wajib militer harus diberlakukan bagi seluruh warga negara Indonesia yang sudah cukup umur
Bukan hanya definisi kata-kata kunci seperti wajib militer dan cukup umur yang perlu kita ketahui. Namun juga keadaan apa yang memicu munculnya kalimat itu. Kemungkinan ada isub meninggkatnya jumlah konflik bersenjata di Asia sehingga si penulis kalimat merasa akan terjadi perang atau mungkin wajibnya militer dapat mengembangkan nasionalisme anak muda.
Kesimpulannya kalimat yang sama dapat menimbulkan tanggapan yang berbeda jika latar belakangnya juga berbeda, jadi mengetahui konteks sebelum bersikap itu penting
Pelajaran 1 (berfikir Kritis)
Mengapa kita harus mengusai berfikir kritis?
Kita hidup di negara Indonesia yangg demokratis adalah sebuah berkah karena kita bisa bebas berbicara, berpendapat, dan menyebarkan atau mencari informasi. Kita tidak pernah kekurangan informasi apalagi dengan kondisi teknologi informasi dan komunikasi yang sudah maju sekarang, tapi berkah tersebut bisa jadi bencana jika kita tidak pandai mengolah informasi. Kita bisa lumpuhbkarena bingung mana informasi yang bisa dipercaya atau tidak. Lebih buruk lagi kita bisa tertipu dan akhirnya melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan penting.
Keterampilam berfikir kritis akan menjadi perisai dalam melindungi diri dari informasi yang menyesatkan dan pegangan dalam mengambil keputusan (fitnah atau propaganda atau hoax)
Ketika kita mendengar kata kritis kita akan teringat kata kritik. Akibatnya muncul dalam pikiran adalah sosok yang suka menyerang pemikiran orang lain. Ini terjadi karena kita keliru memahami arti kritis, padahal pemikir kritis berbeda dengan tukang kritik. Seorang pemikir kritis adalh seorang yang berfikir secarav sistematis, logis, dan objektif. Dalam menilai sesuatu atau membuat keputusan bukan orang yang suka mencari-cari kelemahan sesuatu.
Beberapa contoh orang pemikir kritis:
Tidak mudah mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya atau selalu mengecek sumber informasi
Tidak mudah tersinggung ketika dikritik atau terbuka pada kritik
Selalu menimbang sisi baik dan buruk atau pro dan kontra sebelum memutuskan sesuatu
Kita diajak untuk menjadi seorang pemikir kritis dengan mempelajari konsep-konsep seperti
Apa itu argumen?
Apa itu penalaran?
Kesalahan-kesalahan dalam berfikir atau kesesatan logika
Aplikasi atau contoh sehari-hari
Sama seperti otot yang perlu dilatih dengan olahraga yang rutin, logika pun perlu ditempas secara terus menerus sehingga semakin kuat.
Berfikir kritis adalh suatu bentuk keterampilan. Bukan hanya orang pintar saja yang mampu berfikir kritis, tapi jika kita berlatih dan membiasakan diri sedikit demi sedikit secara konsisten pasti akan dapat menjadi pemikir kritis.
Kita hidup di negara Indonesia yangg demokratis adalah sebuah berkah karena kita bisa bebas berbicara, berpendapat, dan menyebarkan atau mencari informasi. Kita tidak pernah kekurangan informasi apalagi dengan kondisi teknologi informasi dan komunikasi yang sudah maju sekarang, tapi berkah tersebut bisa jadi bencana jika kita tidak pandai mengolah informasi. Kita bisa lumpuhbkarena bingung mana informasi yang bisa dipercaya atau tidak. Lebih buruk lagi kita bisa tertipu dan akhirnya melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan penting.
Keterampilam berfikir kritis akan menjadi perisai dalam melindungi diri dari informasi yang menyesatkan dan pegangan dalam mengambil keputusan (fitnah atau propaganda atau hoax)
Ketika kita mendengar kata kritis kita akan teringat kata kritik. Akibatnya muncul dalam pikiran adalah sosok yang suka menyerang pemikiran orang lain. Ini terjadi karena kita keliru memahami arti kritis, padahal pemikir kritis berbeda dengan tukang kritik. Seorang pemikir kritis adalh seorang yang berfikir secarav sistematis, logis, dan objektif. Dalam menilai sesuatu atau membuat keputusan bukan orang yang suka mencari-cari kelemahan sesuatu.
Beberapa contoh orang pemikir kritis:
Tidak mudah mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya atau selalu mengecek sumber informasi
Tidak mudah tersinggung ketika dikritik atau terbuka pada kritik
Selalu menimbang sisi baik dan buruk atau pro dan kontra sebelum memutuskan sesuatu
Kita diajak untuk menjadi seorang pemikir kritis dengan mempelajari konsep-konsep seperti
Apa itu argumen?
Apa itu penalaran?
Kesalahan-kesalahan dalam berfikir atau kesesatan logika
Aplikasi atau contoh sehari-hari
Sama seperti otot yang perlu dilatih dengan olahraga yang rutin, logika pun perlu ditempas secara terus menerus sehingga semakin kuat.
Berfikir kritis adalh suatu bentuk keterampilan. Bukan hanya orang pintar saja yang mampu berfikir kritis, tapi jika kita berlatih dan membiasakan diri sedikit demi sedikit secara konsisten pasti akan dapat menjadi pemikir kritis.
Minggu, 07 April 2019
MODEL-MODEL HUKUM PENALARAN
Modalitas dalam aspek-aspek
ontologis,epistomologis dan aksiologis membawa pengaruh besar terhadap pola
dalam model-model penalaran ilmu-ilmu pada umumnya. Ada banyak model penalaran
yang dikenal dengan wacana epistemologi,khususnya tentang pokok bahasan
pertumbuhan pengetahuan ilmiah.
Terdapat empat model model penalaran yang
disebut teori besar (grand theories)
dalam epistemologi:
1. Positivisme dan Empirisme logis
Ada banyak teori yang menjadi inspirasi teori ini. Teori yang dibawa oleh
aliran Positivisme Logis berpegang pada empat asas yaitu:
a. Empirisme
Asas empirisme berarti mengandalkan pengalaman langsung.
b. Positivisme
Asas Positivisme mengandung pengertian pengetahuan
positif pasti berguna untuk membangun masyarakat
c. Logika
Asas Logika memberi isyarat analisisnya harus
logis, yang sangat dimungkinkan untuk diperluas ke arah analisis bahasa.
d. Kritik ilmu
Asas kritik ilmu mengandung pengertian positivisme dan empirisme logis mengemban
tugas untuk mencari ilmu yang berkesatuan (unified science atau
Einheitswissensschaft)
Tahap-tahap
pengembangan ilmu menurut Empirisme Logis:
Tahap pertama: Perumusan pernyataan pengamatan.
Sumber pengetahuan adalah fakta. Fakta-fakta
ini dirumuskan dalam bentuk “pernyataan pengamatan”, ini termasuk bahasa
pengamatan dan tidak tergantung teori
Tahap kedua : Perumusan generalisasi empiris.
Pernyataan pengamatan merupakan landasan untuk
membentuk “generalisasi empiris” . Generalisasi empiris selalu berdasarkan
sejumlah pengamatan yang banyaknya terbatas.
Tahap ketiga: Perumusan hukum empiris melalui pembuktian
generalisasi empiris
Berdasarkan generalisasi yang sempat
dirumuskan dapat dilakukan peramalan fakta-fakta baru. Hukum empiris menyatakan
keteraturan yang ditemukan bersifat umum atau universal.
Tahap keempat: Pengembangan teori
Teori tidak berdasarkan pada pernyataanpengamatan
secara langsung. Teori hanya mengenai hukum empiris dan selalu bersifat
abstrak. Tujuan teori adalah menjelaskan keterkaitan antara keteraturan yang
dinyatakan dalam hukum-hukum empiris sehingga dapat disimpulkan secara logis
darinya.
Tahap kelima: Perumusan hipotesis
Teori bukan susunan hukum empiris yang logis
semata-mata. Teori memiliki ciri khas yang memungkinkan ditunjuk
keteraturan-keteraturan baru yang belum sempat diamati sebelumnya.
Tahap keenam: Pembuktian hipotesis
Hipotesis berguna bagi pengembangan ilmu hanya
jika memungkinkan dilakukan pengamatan terhadap fakta-fakta baru. Hipotesis menjelaskan
hasil yang akan ditemukan melalui pengamatan terhadap kenyataan itu.
Tahap ketujuh: Penilaian hasil penelitian.
Hipotesis ini berperan sebagai “independen”
terhadap teori. Jika keteraturan yang dinyatakan dalam hipotesis dapat
ditemukan, maka diperoleh sebuah konfirmasi untuknya. Apabila tingkat konfirmasi
cukup tinggi, hipotesis itu diterima
sebagai hukum empiris yang baru.
Uraian
diatas menunjukan bahwa Empirisme logis sangat didominasi pola penalaran
induktif. Sekalipun mengandalkan induktif, pada titik tertentu model penalaran
Empirisme Logis ini harus mengubah pola penalarannya menjadi deduksi. Hal ini
dilakukan apabila:
a. Generalisasi empiris ingin dipakai untuk melakukan peramalan fakta-fakta
baru yang akhirnya dapat dijadikan “hukum empiris” (pernyataan, perumusan,
universal)
b. Teori ingin dipakai untuk melakukan perumusan hipotesis
2. Rasionalisme kritis
Rasionalisme kritis muncul terutama untuk mengkritisi
Positivisme logis. Tokoh besar kelahiran aliran ini adalah Karl R. Popper
(1902-1994). Dia menolak perolehan pengetahuan ilmiah melalui induksi. Teori
adalah ciptaan manusia, demikian kata Popper.
Tahap-tahap pengembangan ilmu menurut Popper:
Tahap pertama: Perumusan masalah
Ilmu mulai dari suatu masalah (problem)
. Masalah itu timbul kalau terjadi sesuatu yang menyimpang dari apa yang
diharapkan oleh seseorang (individu) berdasarkan perkiraan yang sudah
dimiliki olehnya.
Tahap kedua: Pembuatan teori
Berhadapan dengan masalah itu
manusia kemudian merumuskan suatu teori
sebagai jawabannya. Teori ini adalah hasil daya cipta pikirannya dan bersifat percobaan
Tahap ketiga: perumusan ramalan
atau hipotesis
Teori ini digunakan untuk
menurunkan “ramalan-ramalan” spesifik secara deduktif . Ramalan itu adalah “hipotesis’
dan menunjukan kepada keadaan kenyataan empiris.
Tahap keempat: Pengujian ramalan
atau hipotesis
Ramalan atau hipotesis dan
diuji melalui pengamatan dan dan eksperimen.Tujuan pengamatan ini adalah
mengumpulkan keterangan empiris yang dikucilkan teori dan menunjukkan
kebenarannya.
Tahap kelima: Penilaian hasil
pengujian
Dasar yang dapat dipakai untuk
tujuan menilai benar tidaknya satu teori oleh Popper dinamakan “pernyataan
dasar” penyataan ini menggambarkan hasil pengujian. Terdapat satu himpunan
bagian yang memainkan peranan khusus
Tahap keenam: Pembuatan teori baru
Dengan ditolaknya teori pertama itu manusia menghadapi masalah baru
dan membutuhkan teori baru pula untuk mengatasinya
Logika Penalar Hukum
LPHmateri
Lokus = Tempat
Tempus = Waktu
Dedukasi yaitu umum ke khusus (Premis mayor,premis minor,kesimpulan)
Induksi yaitu khusus ke umum
Contoh deduksi "Orang yang berkendara harus memiliki SIM, si Aji akan berkendara, maka i Aji harus memiliki sim."
Norma hukum = KHI, KUHP, KUH per, UUD 1945
Logika berasal dari bahasa Yunani yaitu logos yang artinya berfikir
logis yaitu masuk akal
Asas berfikir ada 3, yaitu :
logis yaitu masuk akal
Asas berfikir ada 3, yaitu :
1. Asas identitas (Principium Identitatis) yaitu sebuah patokan dasar yang paling mendasar. Patokan yang dipatok oleh asas identitas mengatakan bahwa segala sesuatu itu adalah dirinya sendiri bukan yang lainnya.
contoh: Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu adalah A, maka ia adalah A bukan B,C, D ataupun yang lainnya. Identitas A adalah A sendiri.
2. Asas kontradiksi (Principium Contradiktoris) yaitu sebuah aturan dasar yang mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sekaligus sebagai pengakua terhadap sesuatu itu.
contoh: Benda itu bukan A, maka tidak mungkin sekaligus kita mengakui benda itu adalah A, sebab realitas A yang kita maksud adalah A yang sama sebagaimana yang dimaksud Asas Identitas, bahwa segala sesuatu itu adalah dirinya sendiri
3. Asas penolakan kemungkinan (Principium exclusi tertii) yaitu sebuah aturan mendasar yang mengatakann bahwa antara pengingkaran dan pengakuan maka kebenaran terletak pada salah satu nya.
Filsafat ilmu → Filsafat hukum → Logika
↓
Penalar hukum
Ilmu adalah suatu proses dari tidak tahu menjadi tidak tahu
Filsafat ilmu → Filsafat hukum → Logika
↓
Penalar hukum
Ilmu adalah suatu proses dari tidak tahu menjadi tidak tahu
Langganan:
Postingan (Atom)
KEUTAMAAN BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM
BAB KE 3 *{الباب الثالث}: في فضيلة بسم الله الرحمن الرحيم* قال صلى الله عليه وسلم: {مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ بِسْمِ الله الرَّحْمٰنِ الرَ...
-
A. Pengertian Dari segi bahasa, ali adalah isim fa’il dari kata الْغُلُوُّ yang berarti tinggi, antonim dari النُّزُوْلُ yang artinya ren...
-
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mendeskripsikan kesalahan dalam kalimat yang berupa kata transliterasi. Latar belakang masalah...