Modalitas dalam aspek-aspek
ontologis,epistomologis dan aksiologis membawa pengaruh besar terhadap pola
dalam model-model penalaran ilmu-ilmu pada umumnya. Ada banyak model penalaran
yang dikenal dengan wacana epistemologi,khususnya tentang pokok bahasan
pertumbuhan pengetahuan ilmiah.
Terdapat empat model model penalaran yang
disebut teori besar (grand theories)
dalam epistemologi:
1. Positivisme dan Empirisme logis
Ada banyak teori yang menjadi inspirasi teori ini. Teori yang dibawa oleh
aliran Positivisme Logis berpegang pada empat asas yaitu:
a. Empirisme
Asas empirisme berarti mengandalkan pengalaman langsung.
b. Positivisme
Asas Positivisme mengandung pengertian pengetahuan
positif pasti berguna untuk membangun masyarakat
c. Logika
Asas Logika memberi isyarat analisisnya harus
logis, yang sangat dimungkinkan untuk diperluas ke arah analisis bahasa.
d. Kritik ilmu
Asas kritik ilmu mengandung pengertian positivisme dan empirisme logis mengemban
tugas untuk mencari ilmu yang berkesatuan (unified science atau
Einheitswissensschaft)
Tahap-tahap
pengembangan ilmu menurut Empirisme Logis:
Tahap pertama: Perumusan pernyataan pengamatan.
Sumber pengetahuan adalah fakta. Fakta-fakta
ini dirumuskan dalam bentuk “pernyataan pengamatan”, ini termasuk bahasa
pengamatan dan tidak tergantung teori
Tahap kedua : Perumusan generalisasi empiris.
Pernyataan pengamatan merupakan landasan untuk
membentuk “generalisasi empiris” . Generalisasi empiris selalu berdasarkan
sejumlah pengamatan yang banyaknya terbatas.
Tahap ketiga: Perumusan hukum empiris melalui pembuktian
generalisasi empiris
Berdasarkan generalisasi yang sempat
dirumuskan dapat dilakukan peramalan fakta-fakta baru. Hukum empiris menyatakan
keteraturan yang ditemukan bersifat umum atau universal.
Tahap keempat: Pengembangan teori
Teori tidak berdasarkan pada pernyataanpengamatan
secara langsung. Teori hanya mengenai hukum empiris dan selalu bersifat
abstrak. Tujuan teori adalah menjelaskan keterkaitan antara keteraturan yang
dinyatakan dalam hukum-hukum empiris sehingga dapat disimpulkan secara logis
darinya.
Tahap kelima: Perumusan hipotesis
Teori bukan susunan hukum empiris yang logis
semata-mata. Teori memiliki ciri khas yang memungkinkan ditunjuk
keteraturan-keteraturan baru yang belum sempat diamati sebelumnya.
Tahap keenam: Pembuktian hipotesis
Hipotesis berguna bagi pengembangan ilmu hanya
jika memungkinkan dilakukan pengamatan terhadap fakta-fakta baru. Hipotesis menjelaskan
hasil yang akan ditemukan melalui pengamatan terhadap kenyataan itu.
Tahap ketujuh: Penilaian hasil penelitian.
Hipotesis ini berperan sebagai “independen”
terhadap teori. Jika keteraturan yang dinyatakan dalam hipotesis dapat
ditemukan, maka diperoleh sebuah konfirmasi untuknya. Apabila tingkat konfirmasi
cukup tinggi, hipotesis itu diterima
sebagai hukum empiris yang baru.
Uraian
diatas menunjukan bahwa Empirisme logis sangat didominasi pola penalaran
induktif. Sekalipun mengandalkan induktif, pada titik tertentu model penalaran
Empirisme Logis ini harus mengubah pola penalarannya menjadi deduksi. Hal ini
dilakukan apabila:
a. Generalisasi empiris ingin dipakai untuk melakukan peramalan fakta-fakta
baru yang akhirnya dapat dijadikan “hukum empiris” (pernyataan, perumusan,
universal)
b. Teori ingin dipakai untuk melakukan perumusan hipotesis
2. Rasionalisme kritis
Rasionalisme kritis muncul terutama untuk mengkritisi
Positivisme logis. Tokoh besar kelahiran aliran ini adalah Karl R. Popper
(1902-1994). Dia menolak perolehan pengetahuan ilmiah melalui induksi. Teori
adalah ciptaan manusia, demikian kata Popper.
Tahap-tahap pengembangan ilmu menurut Popper:
Tahap pertama: Perumusan masalah
Ilmu mulai dari suatu masalah (problem)
. Masalah itu timbul kalau terjadi sesuatu yang menyimpang dari apa yang
diharapkan oleh seseorang (individu) berdasarkan perkiraan yang sudah
dimiliki olehnya.
Tahap kedua: Pembuatan teori
Berhadapan dengan masalah itu
manusia kemudian merumuskan suatu teori
sebagai jawabannya. Teori ini adalah hasil daya cipta pikirannya dan bersifat percobaan
Tahap ketiga: perumusan ramalan
atau hipotesis
Teori ini digunakan untuk
menurunkan “ramalan-ramalan” spesifik secara deduktif . Ramalan itu adalah “hipotesis’
dan menunjukan kepada keadaan kenyataan empiris.
Tahap keempat: Pengujian ramalan
atau hipotesis
Ramalan atau hipotesis dan
diuji melalui pengamatan dan dan eksperimen.Tujuan pengamatan ini adalah
mengumpulkan keterangan empiris yang dikucilkan teori dan menunjukkan
kebenarannya.
Tahap kelima: Penilaian hasil
pengujian
Dasar yang dapat dipakai untuk
tujuan menilai benar tidaknya satu teori oleh Popper dinamakan “pernyataan
dasar” penyataan ini menggambarkan hasil pengujian. Terdapat satu himpunan
bagian yang memainkan peranan khusus
Tahap keenam: Pembuatan teori baru
Dengan ditolaknya teori pertama itu manusia menghadapi masalah baru
dan membutuhkan teori baru pula untuk mengatasinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar