Minggu, 07 April 2019

MODEL-MODEL HUKUM PENALARAN

Modalitas dalam aspek-aspek ontologis,epistomologis dan aksiologis membawa pengaruh besar terhadap pola dalam model-model penalaran ilmu-ilmu pada umumnya. Ada banyak model penalaran yang dikenal dengan wacana epistemologi,khususnya tentang pokok bahasan pertumbuhan pengetahuan ilmiah.
Terdapat empat model model penalaran yang disebut teori besar (grand theories)  dalam epistemologi:
1.      Positivisme dan Empirisme logis
Ada banyak teori yang menjadi inspirasi teori ini. Teori yang dibawa oleh aliran Positivisme Logis berpegang pada empat asas yaitu:
a. Empirisme
Asas empirisme berarti mengandalkan pengalaman langsung.
b. Positivisme
Asas Positivisme mengandung pengertian pengetahuan positif pasti berguna untuk membangun masyarakat
c. Logika  
Asas Logika memberi isyarat analisisnya harus logis, yang sangat dimungkinkan untuk diperluas ke arah analisis bahasa.
d. Kritik ilmu
Asas kritik ilmu  mengandung pengertian  positivisme dan empirisme logis mengemban tugas untuk mencari ilmu yang berkesatuan (unified science atau Einheitswissensschaft)
                 Tahap-tahap pengembangan ilmu menurut Empirisme Logis:
Tahap pertama: Perumusan pernyataan pengamatan.
Sumber pengetahuan adalah fakta. Fakta-fakta ini dirumuskan dalam bentuk “pernyataan pengamatan”, ini termasuk bahasa pengamatan dan tidak tergantung teori
Tahap kedua : Perumusan generalisasi empiris.
Pernyataan pengamatan merupakan landasan untuk membentuk “generalisasi empiris” . Generalisasi empiris selalu berdasarkan sejumlah pengamatan yang banyaknya terbatas.
Tahap ketiga: Perumusan hukum empiris melalui pembuktian generalisasi empiris
Berdasarkan generalisasi yang sempat dirumuskan dapat dilakukan peramalan fakta-fakta baru. Hukum empiris menyatakan keteraturan yang ditemukan bersifat umum atau universal.
Tahap keempat: Pengembangan teori
Teori tidak berdasarkan pada pernyataanpengamatan secara langsung. Teori hanya mengenai hukum empiris dan selalu bersifat abstrak. Tujuan teori adalah menjelaskan keterkaitan antara keteraturan yang dinyatakan dalam hukum-hukum empiris sehingga dapat disimpulkan secara logis darinya.
Tahap kelima: Perumusan hipotesis
Teori bukan susunan hukum empiris yang logis semata-mata. Teori memiliki ciri khas yang memungkinkan ditunjuk keteraturan-keteraturan baru yang belum sempat diamati sebelumnya.
Tahap keenam: Pembuktian hipotesis
Hipotesis berguna bagi pengembangan ilmu hanya jika memungkinkan dilakukan pengamatan terhadap fakta-fakta baru. Hipotesis menjelaskan hasil yang akan ditemukan melalui pengamatan terhadap kenyataan itu.
Tahap ketujuh: Penilaian hasil penelitian.
Hipotesis ini berperan sebagai “independen” terhadap teori. Jika keteraturan yang dinyatakan dalam hipotesis dapat ditemukan, maka diperoleh sebuah konfirmasi untuknya. Apabila tingkat konfirmasi  cukup tinggi, hipotesis itu diterima sebagai hukum empiris yang  baru.
                 Uraian diatas menunjukan bahwa Empirisme logis sangat didominasi pola penalaran induktif. Sekalipun mengandalkan induktif, pada titik tertentu model penalaran Empirisme Logis ini harus mengubah pola penalarannya menjadi deduksi. Hal ini dilakukan apabila:
a.       Generalisasi empiris ingin dipakai untuk melakukan peramalan fakta-fakta baru yang akhirnya dapat dijadikan “hukum empiris” (pernyataan, perumusan, universal)
b.      Teori ingin dipakai untuk melakukan perumusan hipotesis

2.      Rasionalisme kritis
Rasionalisme  kritis muncul terutama untuk mengkritisi Positivisme logis. Tokoh besar kelahiran aliran ini adalah Karl R. Popper (1902-1994). Dia menolak perolehan pengetahuan ilmiah melalui induksi. Teori adalah ciptaan manusia, demikian kata Popper.
Tahap-tahap pengembangan ilmu menurut Popper:
Tahap pertama: Perumusan masalah
Ilmu mulai dari suatu masalah (problem) . Masalah itu timbul kalau terjadi sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan oleh seseorang (individu) berdasarkan perkiraan yang sudah dimiliki olehnya.
Tahap kedua: Pembuatan teori
Berhadapan dengan masalah itu manusia kemudian merumuskan suatu teori  sebagai jawabannya. Teori ini adalah hasil daya cipta  pikirannya dan bersifat percobaan
Tahap ketiga: perumusan ramalan atau hipotesis
Teori ini digunakan untuk menurunkan “ramalan-ramalan” spesifik secara deduktif . Ramalan itu adalah “hipotesis’ dan menunjukan kepada keadaan kenyataan empiris.
Tahap keempat: Pengujian ramalan atau hipotesis
Ramalan atau hipotesis dan diuji melalui pengamatan dan dan eksperimen.Tujuan pengamatan ini adalah mengumpulkan keterangan empiris yang dikucilkan teori dan menunjukkan kebenarannya.
Tahap kelima: Penilaian hasil pengujian
Dasar yang dapat dipakai untuk tujuan menilai benar tidaknya satu teori oleh Popper dinamakan “pernyataan dasar” penyataan ini menggambarkan hasil pengujian. Terdapat satu himpunan bagian yang memainkan peranan khusus
Tahap keenam: Pembuatan teori baru
Dengan ditolaknya teori  pertama itu manusia menghadapi masalah baru dan membutuhkan teori baru pula untuk mengatasinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEUTAMAAN BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM

BAB KE 3 *{الباب الثالث}: في فضيلة بسم الله الرحمن الرحيم* قال صلى الله عليه وسلم: {مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ بِسْمِ الله الرَّحْمٰنِ الرَ...