Tahafut Al-Falasifah (Kerancuan Para Filsuf) merupakan
karya terpopuler yang melambungkan sosok Abu Hamidl al-Gazali sebagai salah satu pemikir utama dalam lintasan
kesejarahan Islam. Dalam karya ini, sesuai dengan posisinyas ebagai penjaga dan pembela umat, al-Gazali menjelaskan secarar inci kerancuan kerancuan yang ada dan terus didengungkan olehp parailsuf serta coba dilesakkan kepada umat, yang dipandang al-Gazali sebagai tidak sesuai dengan “keinginan” agama.
Dalam karya ini, dengan berpijak pada basis keilmuan yangm mengakarkuat dari tradisi teologis (kalam), al-Gazali membedah dan menelanjangi “kekeliruan” para ilsuf. Hal ini sebagaimana pengakuannya, “Dan kami tidak menetapkan dalam buku ini, kecuali mendus mazhab para ilsuf. Sedangkan untuk mengairmasi mazhab yang benar, kami (akan) menyusun sebuah buku yang kami beri judul Qawa’id ai-’Aqa’id. Dengan buku tersebut kami bermaksud melakukan airmasi, sebagaimana kami bermaksud melakukan dekonstruksi dengan buku ini (Tahafut).”
Dengan demikian, dari kandungan yang dapat ditarik pada nuansa positif-konstruktif, buku Tahafut dapat digolongkan padaa karya al-Gazali dalam bidang kalam yang meneropong kajiant filsafat. Ia juga dapat dimasukkan pada apa yang ditetapkan dalam kajian-kajian kalam agar bisa membantu semua orang untukm menjawab “Bagaimana seorang skeptis bisa menyusun sebuah karya dan menyampaikan ajaran-ajaran yang positif-konstruktif?”
Selain itu, di dalamnya ditampilkan pendapat dari kalangan yang berkeyakinan bahwa materi secara esensial adalah sesuatu yang mungkin (mumkin/ contingent), dalam arti memerlukan sesuatu yang memberikan wujud serta bisa merusaknya.
Al-Gazali sendiri membagi seluruh karyanya menjadi dua bagian Pertama, kelompok karya yang diistilahkan dengan “yang terlarang bagi selain yang berkompeten” (al-madnun biha ‘ala gayraahliha. Seluruh kandungan karya-karya yang tergolong dalam kelompok ini, hanya diperuntukkan untuk al-Gazali sendiri dan orang lain yang telah memenuhi persyaratan yang teramat sulit. Kedua karya-karya yang disajikan untuk konsumsi masyarakatu umum(jumhur). Ia adalah kelompok karya yang diperuntukkan kepada mereka sesuai dengan tingkat intelektualitasnya.
Buku ini juga memotret doktrin mazhab para ilsuf terdahulu sebagaimana adanya. Dengan ini, diharapkan agar orang-orangyang menjadi ateis atas dasar taklid dapat melihat dengan jelas bahwa semua cabang pengetahuan—baik klasik maupun kontemporer—sepakat meyakini Allah dan hari akhir. Mereka juga diharapkan bisa menyadari bahwa perdebatan yang muncul hanya terkait dengan rincian persoalan di luar dua kutub keyakinan dasar tersebut. Di sinilah letak urgensi kehadiran para nabi yang telah dibekali mukjizat
Senin, 06 Mei 2019
Minggu, 05 Mei 2019
Pelajaran 8 (macam-macam deduksi)
Dalam argumen deduksi semua premis maka kesimpulan pasti benar begitupun sebaliknya. Jika kesimpulan benar tidak mungkin premis salah
Contoh:
Semua hewan menyusui bernafas dengan paru paru
Paus adalah hewan menyusui
Paus bernafas dengan paru-paru
Jika kita percaya semua hewan menyusui bernafas dengan paru paru adalah fakta
Jika kita percaya paus hewan menyusui maka kesimpulan paus bernafas dengan paru paru pasti benar.
Sebaliknya jika kita menerima kesimpulan paus hewan menyusui bernafas dengan paru paru, kira tidak bisa menyangkal premis.
Ada 4 macam argumen deduktif
1. Modus ponens (penegasan)
Rumus :
Jika p maka q
P jadi q
Contoh:
Jika hujan turun
Maka jalanan basah
Hujan turun adalah p jadi jalanan basah adalah q
Kesimpulan argumen tadi yaitu jalanan basah sudah terdapat dalam premis pertama, karena itulah argumen ini disebut penegasan. Karena ia hanya menekankan apa yang sudah ada, tapi kita harus hati-hati karena banyak orang yang membuat kesimpulan terbalik.
Contoh:
Jika hujan turun
Maka jalanan basah
Jalanan basah jadi hujan turun
Argumen ini tidak benar karena jalanan basah belum tentu disebabkan oleh hujan. Bisa saja ada yang menyiram atau lain-lain
2. Modus tolens (penyangkalan)
Rumus:
Jika p maka q
Bukan q jadi bukan p
Contoh:
Semua hewan menyusui bernafas dengan paru paru
Paus adalah hewan menyusui
Paus bernafas dengan paru-paru
Jika kita percaya semua hewan menyusui bernafas dengan paru paru adalah fakta
Jika kita percaya paus hewan menyusui maka kesimpulan paus bernafas dengan paru paru pasti benar.
Sebaliknya jika kita menerima kesimpulan paus hewan menyusui bernafas dengan paru paru, kira tidak bisa menyangkal premis.
Ada 4 macam argumen deduktif
1. Modus ponens (penegasan)
Rumus :
Jika p maka q
P jadi q
Contoh:
Jika hujan turun
Maka jalanan basah
Hujan turun adalah p jadi jalanan basah adalah q
Kesimpulan argumen tadi yaitu jalanan basah sudah terdapat dalam premis pertama, karena itulah argumen ini disebut penegasan. Karena ia hanya menekankan apa yang sudah ada, tapi kita harus hati-hati karena banyak orang yang membuat kesimpulan terbalik.
Contoh:
Jika hujan turun
Maka jalanan basah
Jalanan basah jadi hujan turun
Argumen ini tidak benar karena jalanan basah belum tentu disebabkan oleh hujan. Bisa saja ada yang menyiram atau lain-lain
2. Modus tolens (penyangkalan)
Rumus:
Jika p maka q
Bukan q jadi bukan p
Pelajaran 7 (argumen sebab akibat)
Kita pasti pernah denger pepatah hemat pangkal kaya atau rajin pangkal pandai.
Itu adalah contoh argumen sebab akibat. Paling tidak, ada dua premis yang satu Premis sebab dan satu lagi premis akibat.
Contoh:
Indra selalu berolahraga setiap hari
Dia tidak pernah absen karena sakit.
Jadi rutin berolahraga membuat kita tidak mudah sakit.
Indra selalu berolahraga setiap hari adalah premis a
Indra tidak pernah absen karena sakit premis b
Kesimpulan nya rutin berolahraga membuat kita tidak mudah sakit.
Sebab a akibat b
Jika premis penyebab ditambah premis akibat dan kesimpulan seperti ini, maka argumen kita dapat dikatakan lengkap. Agar argumen kita tidak hanya lengkap namun juga meyakinkan, kita harus mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Hubungan sebab akibat biasanya ditandai dengan korelasi antara dua hal
Misalnya:
Rajin berolahraga dan tidak gampang sakit
Namun korelasi belum tentu menunjukkan hubungan sebab akibat
Apa itu toleransi?
A dan b disebut memiliki korelasi saat menemukan bahwa , jika a maka ada b atau sebaliknya dan ini sering cukup terjadi.
Misalnya:
Lesa sering melihat bahwa orang orang hampir selalu makan fast food sambil minum-minum an ringan.
Maka kita dapat mengatakan bahwa fast food dan minuman ringan memiliki korelasi antara satu sama lain. Tetapi minuman ringan tidak menyebabkan orang membeli fast food atau sebaliknya. Ternyata sebagian besar restoran fast food menjual makanan nya sepaket dengan minuman.
Kesimpulannya, hanya karena a dan b hadir bersamaan. Kita tidak bisa langsung menilai mereka mempunyai hubungan sebab akibat.
2. Pertimbangkan penjelasan lainnya
Setiap kali menduga bahwa a dan b memiliki hubungan sebab akibat, tanyakan pada diri sendiri apakah ada penjelasan lain dari korelasi a dan b.
Setidaknya ada 3 kemungkinan penjelasan tandingan:
- Kebetulan
Contoh:
Tati berkata: setiap tanggal 13 pasti saya mengalami hal buruk
Karena itu tanggal 13 adalah tanggal sial
Jika Tati betul betul selalu mengalami hal tersebut, maka ia bisa mengatakan ada korelasi antara tanggal 13 dan kesialan. Tapi sulit membayangkan hubungan logis antara tanggal dan kebetulan seseorang. Karena itu, argumen sebab akibat tidaklah benar.
- Hubungan sebab akibat yang terbalik
Dalam kasus ini, bukan a yang menyebabkan b. Tapi b menyebabkan a
Misalnya:
Menonton film aksi membuat orang terbiasa dengan kekerasan
Padahal mungkin saja pelaku sebaliknya orang yang sudah terbiasa melihat kekerasan bisa jadi cenderung suka film aksi
- Adanya faktor ketiga
Terkadang kita terlalu sibuk memikirkan apakah a menyebabkan b atau sebaliknya. Lalu kita lupa bahwa mungkin ada faktor ketiga yang mempengaruhi keduanya. Inilah yang sering terjadi antara korelasi. Antara fast food dan minuman ringan ada faktor ketiga yang tersembunyi yaitu paket yang ditawarkan oleh restoran.
3. Menjelaskan bagaimana a menyebabkan b
Contoh:
Anak anak banyak yang sakit gigi
Anak anak banyak yang menkonsumsi gula.
Jadi banyak menkonsumsi gula dapat menyebabkan sakit gigi
Argumen ini kurang meyakinkan karena kita tidak menjelaskan alasan gula menyebabkan sakit gigi.
Coba bandingkan dengan:
Anak anak sering mengeluh sakit gigi
Anak anak cenderung sering menkonsumsi gula
Sisa gula memang mengandung bakteri busuk yang dapat merusak gigi. Apalagi anak anak sering kurang disiplin menyikat gigi.
Melengkapi penjelasan di atas dapat berguna ketika kita bingung menentukan apakah a menyebabkan b atau sebaliknya.
Contoh:
Kita mengamati bahwa kegiatan meditasi memiliki korelasi dengan tenang tidaknya seseorang.
Tetapi kita tidak yakin mana penyebab mana akibat.
Untuk menentukan mana sebab dan akibat. Mari bandingkan dua argumen berikut:
- Orang yang suka meditasi biasanya cenderung tenang karena meditasi kita berlatih mengatur nafas dan emosi.
Jadi meditasi membuat kita lebih tenang
- Orang yang suka meditasi cenderung tenang. Orang yang suasana yang tidak ramai atau hening.
Karena itu orang yang tenang lebih sering meditasi.
Argumen pertama menjelaskan bagaimana meditasi berdampak kepada ketenangan
Argumen kedua menjelaskan ada asumsi bahwa semua orang yang tenang tidak suka keramaian
Itu adalah contoh argumen sebab akibat. Paling tidak, ada dua premis yang satu Premis sebab dan satu lagi premis akibat.
Contoh:
Indra selalu berolahraga setiap hari
Dia tidak pernah absen karena sakit.
Jadi rutin berolahraga membuat kita tidak mudah sakit.
Indra selalu berolahraga setiap hari adalah premis a
Indra tidak pernah absen karena sakit premis b
Kesimpulan nya rutin berolahraga membuat kita tidak mudah sakit.
Sebab a akibat b
Jika premis penyebab ditambah premis akibat dan kesimpulan seperti ini, maka argumen kita dapat dikatakan lengkap. Agar argumen kita tidak hanya lengkap namun juga meyakinkan, kita harus mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Hubungan sebab akibat biasanya ditandai dengan korelasi antara dua hal
Misalnya:
Rajin berolahraga dan tidak gampang sakit
Namun korelasi belum tentu menunjukkan hubungan sebab akibat
Apa itu toleransi?
A dan b disebut memiliki korelasi saat menemukan bahwa , jika a maka ada b atau sebaliknya dan ini sering cukup terjadi.
Misalnya:
Lesa sering melihat bahwa orang orang hampir selalu makan fast food sambil minum-minum an ringan.
Maka kita dapat mengatakan bahwa fast food dan minuman ringan memiliki korelasi antara satu sama lain. Tetapi minuman ringan tidak menyebabkan orang membeli fast food atau sebaliknya. Ternyata sebagian besar restoran fast food menjual makanan nya sepaket dengan minuman.
Kesimpulannya, hanya karena a dan b hadir bersamaan. Kita tidak bisa langsung menilai mereka mempunyai hubungan sebab akibat.
2. Pertimbangkan penjelasan lainnya
Setiap kali menduga bahwa a dan b memiliki hubungan sebab akibat, tanyakan pada diri sendiri apakah ada penjelasan lain dari korelasi a dan b.
Setidaknya ada 3 kemungkinan penjelasan tandingan:
- Kebetulan
Contoh:
Tati berkata: setiap tanggal 13 pasti saya mengalami hal buruk
Karena itu tanggal 13 adalah tanggal sial
Jika Tati betul betul selalu mengalami hal tersebut, maka ia bisa mengatakan ada korelasi antara tanggal 13 dan kesialan. Tapi sulit membayangkan hubungan logis antara tanggal dan kebetulan seseorang. Karena itu, argumen sebab akibat tidaklah benar.
- Hubungan sebab akibat yang terbalik
Dalam kasus ini, bukan a yang menyebabkan b. Tapi b menyebabkan a
Misalnya:
Menonton film aksi membuat orang terbiasa dengan kekerasan
Padahal mungkin saja pelaku sebaliknya orang yang sudah terbiasa melihat kekerasan bisa jadi cenderung suka film aksi
- Adanya faktor ketiga
Terkadang kita terlalu sibuk memikirkan apakah a menyebabkan b atau sebaliknya. Lalu kita lupa bahwa mungkin ada faktor ketiga yang mempengaruhi keduanya. Inilah yang sering terjadi antara korelasi. Antara fast food dan minuman ringan ada faktor ketiga yang tersembunyi yaitu paket yang ditawarkan oleh restoran.
3. Menjelaskan bagaimana a menyebabkan b
Contoh:
Anak anak banyak yang sakit gigi
Anak anak banyak yang menkonsumsi gula.
Jadi banyak menkonsumsi gula dapat menyebabkan sakit gigi
Argumen ini kurang meyakinkan karena kita tidak menjelaskan alasan gula menyebabkan sakit gigi.
Coba bandingkan dengan:
Anak anak sering mengeluh sakit gigi
Anak anak cenderung sering menkonsumsi gula
Sisa gula memang mengandung bakteri busuk yang dapat merusak gigi. Apalagi anak anak sering kurang disiplin menyikat gigi.
Melengkapi penjelasan di atas dapat berguna ketika kita bingung menentukan apakah a menyebabkan b atau sebaliknya.
Contoh:
Kita mengamati bahwa kegiatan meditasi memiliki korelasi dengan tenang tidaknya seseorang.
Tetapi kita tidak yakin mana penyebab mana akibat.
Untuk menentukan mana sebab dan akibat. Mari bandingkan dua argumen berikut:
- Orang yang suka meditasi biasanya cenderung tenang karena meditasi kita berlatih mengatur nafas dan emosi.
Jadi meditasi membuat kita lebih tenang
- Orang yang suka meditasi cenderung tenang. Orang yang suasana yang tidak ramai atau hening.
Karena itu orang yang tenang lebih sering meditasi.
Argumen pertama menjelaskan bagaimana meditasi berdampak kepada ketenangan
Argumen kedua menjelaskan ada asumsi bahwa semua orang yang tenang tidak suka keramaian
Pelajaran 6 (argumen mengutip tokoh atau pakar)
Kita harus menggubmeng premis untuk mendukung kesimpulan kita. Namun mungkin kita tidak mendalami topik premis tersebut. Saat itulah biasanya kita butuh kutipan seorang tokoh atau pakar.
Misalnya:
Eko ingin meyakinkan Cici bahwa lelap tidur seseorang berpengaruh terhadap kemampuan menyerap pelajaran saat disekolah.
Eko dan Cici sama sama SMA biasa, jika Eko hanya mengandalkan pengetahuan nya saja, Cici mungkin akan bertanya tanya dari mana Eko tahu tentang dampak kualitas tidur terhadap kemampuan belajar. Agar cici percaya padanya, Eko harus memasukkan pendapat seorang pakar kesehatan dan peneliti dibidang tidur dalam argumennya seperti ini:
Menurut dr. Charles Czeisler kepala kesehatan divisi tidur di sekolah kesehatan Harvard. Tidur tidak teratur mengurangi kemampuan otak mengolah informasi.
Supaya bisa menyerap pelajaran dengan baik disekolah, kita harus menjaga pola tidur.
Pendapat dokter charles Czeisler bisa jadi membuat argumen Eko lebih kuat dari pada ia hanya menggunakan pengetahuan nya sendiri dengan mengutip si pakar. Kemungkinan Cici akan mempercayai nya lebih besar akan tetapi tidak sembarang kutipan bisa mendukung argumen kita
Syarat-syarat kutipan yang baik:
1. Tokoh harus dari bidang yang sesuai dengan topik argumen
Seorang yang terpandang belum tentu mempunyai keahlian di bidan yang kita bicarakan . Lihat contoh yang sebelumnya.
Argumen Eko adalah tentang dampak kualitas tidur terhadap kemampuan menanggapi informasi. Mana yang cocok untuk dia kutip adalah seseorang yang memiliki kemampuan dibidang kesehatan atau psikologi seperti dokter atau peneliti, lebih baik lagi jika dia memiliki keahlian yang relevan seperti dokter charles yang sudah melakukan banyak penelitian yang berhubungan dengan tidur .
Bandingkan dengan argumen berikut:
Bill Gates berkata:
Tidur itu penting untuk menjaga ketajaman pikiran. Karena itu kita harus mengatur pola tidur agar dapat belajar dengan baik di sekolah.
Sekilas argumen ini nampak meyakinkan karena dia adalah orang terkenal yang mendirikan Microsoft. Dia adalah orang yang terkenal dan sukses di dunia, namun dia bukan pakar di bidang kesehatan dan tidur . Karena itu pendapat nya tidak relevan untuk mendukung argumen tentang dampak kualitas tidur .
2. Sebutkan kualifikasi tokoh dengan lengkap
Kualifikasi menunjukkan keahlian seseorang dibidang tertentu. Dalam argumennya, Eko menyebutkan bahwa dokter Charles adalah seorang dokter sekaligus kepala divisi kesehatan dan tidur disekolah kedokteran Harvard. Jabatan ini lah yang membuat Cici yakin bahwa ia dapat mempercayai pendapat dokter Charles . Jika Eko hanya menyatakan menurut dokter charles kemungkinan Cici tidak akan percaya karena dia tidak tahu siapa itu dokter Charles .
3. Pastikan tokoh tidak berpihak
Terkadang kutipan seseorang bisa jadi meragukan walaupun bidang keahliannya relevan dan kualifikasi nya sudah disebutkan. Ini terjadi ketika latar belakang tokoh membuat kita curiga bahwa dia memiliki motif tertentu dibaliknya.
Contoh :
Menurut dr. Ehoo sung sin berkata :
Orang yang sarapan dengan sereal cenderung memiliki berat badan yang ideal.
Dia adalaha ahli dari sekolah kesehatan masyarakat universitas California Barkley. Dilihat dari keahlian dan kualifikasi kita dapat mempercayai dia. Namun jika kita teliti latar belakang nya kita akan tahu bahwa penelitian itu dibiayai oleh salah satu produsen sereal terbesar di dunia
Dia belum tentu berbohong namun biaya penelitian nya dibiayai oleh perusahaan bisa saja menggunakan hasil aset ini untuk promosi . Karena itu, kutipan ini bukan dukungan yang kuat untuk sebuah argumen.
4. Periksa pendapat tokoh lain
Satu bidang tidak hanya memiliki satu pakar yang berpengaruh dan pakar pakar ini sering memiliki pendapatan yang berbeda bahkan bertentangan secara umum. Semakin banyak pakar yang baik sependapat biasanya aman bagi kita untuk mengutip pendapat tersebut.
5. Kutipan yang berasal dari internet
Ingat! Siapapun bisa menulis di Internet, karena itu kita tidak bisa langsung mempercayai apa yang ditulis di situs web. Sebelum menggunakan sebuah kutipan yang kita temui di situs web. Kita harus menanyakan hal-hal berikut:
- siapa yang membuat situs tersebut
- untuk tujuan apa situs itu dibuat
- apakah pembuatan situs memiliki kualifikasi yang sesuai
Misalnya:
Eko ingin meyakinkan Cici bahwa lelap tidur seseorang berpengaruh terhadap kemampuan menyerap pelajaran saat disekolah.
Eko dan Cici sama sama SMA biasa, jika Eko hanya mengandalkan pengetahuan nya saja, Cici mungkin akan bertanya tanya dari mana Eko tahu tentang dampak kualitas tidur terhadap kemampuan belajar. Agar cici percaya padanya, Eko harus memasukkan pendapat seorang pakar kesehatan dan peneliti dibidang tidur dalam argumennya seperti ini:
Menurut dr. Charles Czeisler kepala kesehatan divisi tidur di sekolah kesehatan Harvard. Tidur tidak teratur mengurangi kemampuan otak mengolah informasi.
Supaya bisa menyerap pelajaran dengan baik disekolah, kita harus menjaga pola tidur.
Pendapat dokter charles Czeisler bisa jadi membuat argumen Eko lebih kuat dari pada ia hanya menggunakan pengetahuan nya sendiri dengan mengutip si pakar. Kemungkinan Cici akan mempercayai nya lebih besar akan tetapi tidak sembarang kutipan bisa mendukung argumen kita
Syarat-syarat kutipan yang baik:
1. Tokoh harus dari bidang yang sesuai dengan topik argumen
Seorang yang terpandang belum tentu mempunyai keahlian di bidan yang kita bicarakan . Lihat contoh yang sebelumnya.
Argumen Eko adalah tentang dampak kualitas tidur terhadap kemampuan menanggapi informasi. Mana yang cocok untuk dia kutip adalah seseorang yang memiliki kemampuan dibidang kesehatan atau psikologi seperti dokter atau peneliti, lebih baik lagi jika dia memiliki keahlian yang relevan seperti dokter charles yang sudah melakukan banyak penelitian yang berhubungan dengan tidur .
Bandingkan dengan argumen berikut:
Bill Gates berkata:
Tidur itu penting untuk menjaga ketajaman pikiran. Karena itu kita harus mengatur pola tidur agar dapat belajar dengan baik di sekolah.
Sekilas argumen ini nampak meyakinkan karena dia adalah orang terkenal yang mendirikan Microsoft. Dia adalah orang yang terkenal dan sukses di dunia, namun dia bukan pakar di bidang kesehatan dan tidur . Karena itu pendapat nya tidak relevan untuk mendukung argumen tentang dampak kualitas tidur .
2. Sebutkan kualifikasi tokoh dengan lengkap
Kualifikasi menunjukkan keahlian seseorang dibidang tertentu. Dalam argumennya, Eko menyebutkan bahwa dokter Charles adalah seorang dokter sekaligus kepala divisi kesehatan dan tidur disekolah kedokteran Harvard. Jabatan ini lah yang membuat Cici yakin bahwa ia dapat mempercayai pendapat dokter Charles . Jika Eko hanya menyatakan menurut dokter charles kemungkinan Cici tidak akan percaya karena dia tidak tahu siapa itu dokter Charles .
3. Pastikan tokoh tidak berpihak
Terkadang kutipan seseorang bisa jadi meragukan walaupun bidang keahliannya relevan dan kualifikasi nya sudah disebutkan. Ini terjadi ketika latar belakang tokoh membuat kita curiga bahwa dia memiliki motif tertentu dibaliknya.
Contoh :
Menurut dr. Ehoo sung sin berkata :
Orang yang sarapan dengan sereal cenderung memiliki berat badan yang ideal.
Dia adalaha ahli dari sekolah kesehatan masyarakat universitas California Barkley. Dilihat dari keahlian dan kualifikasi kita dapat mempercayai dia. Namun jika kita teliti latar belakang nya kita akan tahu bahwa penelitian itu dibiayai oleh salah satu produsen sereal terbesar di dunia
Dia belum tentu berbohong namun biaya penelitian nya dibiayai oleh perusahaan bisa saja menggunakan hasil aset ini untuk promosi . Karena itu, kutipan ini bukan dukungan yang kuat untuk sebuah argumen.
4. Periksa pendapat tokoh lain
Satu bidang tidak hanya memiliki satu pakar yang berpengaruh dan pakar pakar ini sering memiliki pendapatan yang berbeda bahkan bertentangan secara umum. Semakin banyak pakar yang baik sependapat biasanya aman bagi kita untuk mengutip pendapat tersebut.
5. Kutipan yang berasal dari internet
Ingat! Siapapun bisa menulis di Internet, karena itu kita tidak bisa langsung mempercayai apa yang ditulis di situs web. Sebelum menggunakan sebuah kutipan yang kita temui di situs web. Kita harus menanyakan hal-hal berikut:
- siapa yang membuat situs tersebut
- untuk tujuan apa situs itu dibuat
- apakah pembuatan situs memiliki kualifikasi yang sesuai
Jika jawaban yang kita dapatkan tidak memuaskan maka kita bisa meragukan kutipan yang kita dapatkan di situs tersebut sehingga kita perlu mencari sumber kutipan lain.
Sabtu, 04 Mei 2019
Pelajaran 5 (analogi)
Analogi salah satu penalaran induktif
Analogi adalah penggunaan contoh yang m memiliki kemiripan dengan topik pembicaraan.
Jika ada yang menunjukkan kesamaan antara dua hal seperti ibarat, bagaikan, dan sebagainya. Kemungkinan argumen tersebut menggunakan analogi. Analogi sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dengan analogi kita bisa menjelaskan suatu hal kepada seseorang yang belum mengerti.
Misalnya:
Siska ingin membuat adiknya yang baru masuk SD paham, kenapa mencontek itu tidak baik.
Siska berkata:
Kita tidak boleh mencontek karena pencontek itu seperti pencuri. Ia mengambil milik orang lain diam-diam, ia pakai untuk diri sendiri tapi pemilik aslinya tidak dapat apa-apa.
Argumen Siska tadi menganalogikan perbuatan mencontek sebagai pencurian, untuk menjelaskan kenapa mencontek adalah perbuatan buruk.
Jika kita menjelaskan bahwa mencontek bertentangan dengan tujuan pendidikan tentu adiknya tidak akan mengerti, tapi anak yang baru masuk SD akan lebih mudah memahami kenapa pencuri itu tidak baik.
Langkah-langkah membuat analogi:
1. Contoh yang digunakan sesuai fakta.
Pada dasarnya contoh adalah premis dari sebuah argumen. Agar kesimpulan argumen kuat, maka premis harus benar atau sesuai fakta. Banyak orang memakai pribahasa atau dongeng sebagai analogi.
Misalnya:
Kita harus tabah jika ditindas orang lain, ketabahan akan berbuat baik seperti bawang putih yang menerima mukjizat karena selalu sabar walaupun di dzolimi bawang merah dan ibu tirinya.
Analogi ini lemah, karena cerita bawang putih dan merah tidak benar-benar terjadi. Akibatnya, kita sulit untuk percaya bahwa ketabahan betul-betul akan berbuah baik
2. Contoh punya cukup kemiripan dengan topik
Contoh tidak harus sama persis dengan argumen, lihat kembali argumen Siska yang menganalogikan pencontek sebagai pencuri. Orang yang mencontek mengambil hasil pemikiran orang lain, sedangkan pencuri mengambil benda fisik. Tapi keduanya sama-sama mengambil milik orang lain untuk kepentingan sendiri. Karena itu, analogi Siska bisa dibilang cukup kuat. Bandingkan dengan contoh berikut:
Makanan seperti bahan bakar. Tanpa makanan tubuh kita tidak bisa beraktivitas.
Analogi ini sangat lemah, karena terlalu banyak perbedaan antara fungsi makanan untuk tubuh manusia dan fungsi bahan bakar untuk mesin. Makanan tidak hanya berpengaruh terhadap energi tubuh, makanan juga bisa berpengaruh terhadap berat badan dan kesehatan bahkan hormon, sehingga berdampak pada emosi. Semakin banyak perbedaan yang dibandingkan, semakin lemah analogi kita
Analogi adalah penggunaan contoh yang m memiliki kemiripan dengan topik pembicaraan.
Jika ada yang menunjukkan kesamaan antara dua hal seperti ibarat, bagaikan, dan sebagainya. Kemungkinan argumen tersebut menggunakan analogi. Analogi sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dengan analogi kita bisa menjelaskan suatu hal kepada seseorang yang belum mengerti.
Misalnya:
Siska ingin membuat adiknya yang baru masuk SD paham, kenapa mencontek itu tidak baik.
Siska berkata:
Kita tidak boleh mencontek karena pencontek itu seperti pencuri. Ia mengambil milik orang lain diam-diam, ia pakai untuk diri sendiri tapi pemilik aslinya tidak dapat apa-apa.
Argumen Siska tadi menganalogikan perbuatan mencontek sebagai pencurian, untuk menjelaskan kenapa mencontek adalah perbuatan buruk.
Jika kita menjelaskan bahwa mencontek bertentangan dengan tujuan pendidikan tentu adiknya tidak akan mengerti, tapi anak yang baru masuk SD akan lebih mudah memahami kenapa pencuri itu tidak baik.
Langkah-langkah membuat analogi:
1. Contoh yang digunakan sesuai fakta.
Pada dasarnya contoh adalah premis dari sebuah argumen. Agar kesimpulan argumen kuat, maka premis harus benar atau sesuai fakta. Banyak orang memakai pribahasa atau dongeng sebagai analogi.
Misalnya:
Kita harus tabah jika ditindas orang lain, ketabahan akan berbuat baik seperti bawang putih yang menerima mukjizat karena selalu sabar walaupun di dzolimi bawang merah dan ibu tirinya.
Analogi ini lemah, karena cerita bawang putih dan merah tidak benar-benar terjadi. Akibatnya, kita sulit untuk percaya bahwa ketabahan betul-betul akan berbuah baik
2. Contoh punya cukup kemiripan dengan topik
Contoh tidak harus sama persis dengan argumen, lihat kembali argumen Siska yang menganalogikan pencontek sebagai pencuri. Orang yang mencontek mengambil hasil pemikiran orang lain, sedangkan pencuri mengambil benda fisik. Tapi keduanya sama-sama mengambil milik orang lain untuk kepentingan sendiri. Karena itu, analogi Siska bisa dibilang cukup kuat. Bandingkan dengan contoh berikut:
Makanan seperti bahan bakar. Tanpa makanan tubuh kita tidak bisa beraktivitas.
Analogi ini sangat lemah, karena terlalu banyak perbedaan antara fungsi makanan untuk tubuh manusia dan fungsi bahan bakar untuk mesin. Makanan tidak hanya berpengaruh terhadap energi tubuh, makanan juga bisa berpengaruh terhadap berat badan dan kesehatan bahkan hormon, sehingga berdampak pada emosi. Semakin banyak perbedaan yang dibandingkan, semakin lemah analogi kita
Pelajaran 4 (Generalisasi)
Generalisasi adalah salah satu jenis penalaran induktif.
Jika kita mengambil kedimkesim tentang seluruh kelompok berdasarkan informasi sebagian anggota nya, maka kita melakukan generalisasi.
Kelompok:
- Bisa berupa organisasi (pelayanan di kantor pos selalu memuaskan)
- Suatu suku bangsa (orang Maluku biasanya memiliki rambut ikal)
- Sejenis benda (sepeda motor buayab Jepang lebih ekonomis dari pada buayan negara barat)
- Topik tertentu (toleransi adalah nilai yang dianut seluruh warga negara)
Informasi berasal dari:
- Pengamatan kita sendiri terhadap sebagian anggota
- Sumber lain
Namun dalam generalisasi, informasi yang digunakan untuk menilai kelompok sebenarnya tidak lengkap. Karena hanya diambil dari sebagian bukan seluruh anggota kelompok. Oleh karena itu, kesimpulan yang difadid dari generalisasi hanya sebuah dugaan bukan pernyataan yang mutlak benar.
Contoh:
Tahukah kamu orang Indonesia sangat menyukai makanan pedas.
Pernyataan tersebut membuat kesimpulan tentang selera umum sebuah kelompok yaitu Indonesia. Mungkin si pembuat pernyataan sering bertemu dengan orang yang suka makanan pedas, mungkin juga dia banyak menjumpai menu pedas di tempat-tempat makanan Indonesia. Tapi belum tentu dia sudah bertanya kepada semua orang atau mencoba makan seluruh makanan Indonesia.
Jadi untuk menilai sebuah generalisasi lihatlah sebagai sebuah dugaan. Apakah dugaan ini mempunyai dasar yang kuat? Berikut cara membuat generalisasi yang baik:
1. Gunakan lebih dari 1 contoh.
Misalnya:
Ana berkata: Pak Bayu menolak membayar iuran sampah bulanan, penghuni perumahan ini memang sangat kikir.
Ana berkesimpulan bahwa seluruh penghuni rumah bersifat kikir, hanya berdasarkan satu contoh saja yaitu pak Bayu. Karena itu yang dilakukan ana adalah generalisasi yang lemah. Agar kesimpulan menjadi kuat, ia harus menyebutkan lebih banyak contoh penghuni lain yang perilakunya dapat dikatakan kikir
2. Gunakan contoh yang benar-benar mewakili keseluruhan kelompok.
Misalnya:
Sebagian besar anak kelas 12 a
Diterima di Universitas Negeri
Karena itu, tingkat keberhasilan masi Universitas Negeri di sekolah ini dapat dikatakan tinggi.
Generalisasi itu kurang kuat karena contoh yang digunakan tidak mewakili keseluruhan siswa kelas 12 di sekolah tersebut. Bisa saja sekolah tersebut mengumpulkan anak yang pintar di kelas 12 a, sehingga wajar jika sebagian besar diterima di Universitas Negeri. Jadi kita harus mengambil contoh dari kelas kelas kelas lain bukan hanya satu kelas saja.
3. Waspadai informasi yang tersembunyi.
Contoh:
Dalam satu tahun terakhir ratusan orang meninggal akibat kecelakaan bus.
Karena itu bus bukanlah alat transportasi yang aman.
Sekilas argumen itu tampak kuat, karena angka ratusan terdengar sangat besar. Tetapi jika kita tahu ada belasan juta orang yang menggunakan bus dengan selamat selama satu tahun terakhir, maka persepsi kita akan berubah. Dengan kata lain, seharusnya argumen ini menggunakan bandingan antara jumlah korban kecelakaan dan dengan yang selamat. Tapi harus satu faktor saja yang disebutkan disini.
4. Uji generalisasi dengan contoh yang berlawanan.
Contoh yang berlawanan adalah informasi yang bertentangan dengan generalisasi kita, walaupun bertentangan ia tidak akan memperlemah argumen sebaliknya ia akan memperkuat argumen kita.
Misalnya:
Pemain sepakbola liga Inggris digaji sangat mahal.
Ini adalah generalisasi yang lemah karena kita tahu bahwa liga Inggris terdiri dari banyak divisi dan hanya pemain divisi atas saja yang digaji sangat tinggi. Oleh karena itu, generalisasi yang lebih kuat adalah:
Umumnya, pemain sepakbola liga Inggris digaji sangat tinggi. Kecuali pemain dari klub-klub divisi bawah.
Jika kita mengambil kedimkesim tentang seluruh kelompok berdasarkan informasi sebagian anggota nya, maka kita melakukan generalisasi.
Kelompok:
- Bisa berupa organisasi (pelayanan di kantor pos selalu memuaskan)
- Suatu suku bangsa (orang Maluku biasanya memiliki rambut ikal)
- Sejenis benda (sepeda motor buayab Jepang lebih ekonomis dari pada buayan negara barat)
- Topik tertentu (toleransi adalah nilai yang dianut seluruh warga negara)
Informasi berasal dari:
- Pengamatan kita sendiri terhadap sebagian anggota
- Sumber lain
Namun dalam generalisasi, informasi yang digunakan untuk menilai kelompok sebenarnya tidak lengkap. Karena hanya diambil dari sebagian bukan seluruh anggota kelompok. Oleh karena itu, kesimpulan yang difadid dari generalisasi hanya sebuah dugaan bukan pernyataan yang mutlak benar.
Contoh:
Tahukah kamu orang Indonesia sangat menyukai makanan pedas.
Pernyataan tersebut membuat kesimpulan tentang selera umum sebuah kelompok yaitu Indonesia. Mungkin si pembuat pernyataan sering bertemu dengan orang yang suka makanan pedas, mungkin juga dia banyak menjumpai menu pedas di tempat-tempat makanan Indonesia. Tapi belum tentu dia sudah bertanya kepada semua orang atau mencoba makan seluruh makanan Indonesia.
Jadi untuk menilai sebuah generalisasi lihatlah sebagai sebuah dugaan. Apakah dugaan ini mempunyai dasar yang kuat? Berikut cara membuat generalisasi yang baik:
1. Gunakan lebih dari 1 contoh.
Misalnya:
Ana berkata: Pak Bayu menolak membayar iuran sampah bulanan, penghuni perumahan ini memang sangat kikir.
Ana berkesimpulan bahwa seluruh penghuni rumah bersifat kikir, hanya berdasarkan satu contoh saja yaitu pak Bayu. Karena itu yang dilakukan ana adalah generalisasi yang lemah. Agar kesimpulan menjadi kuat, ia harus menyebutkan lebih banyak contoh penghuni lain yang perilakunya dapat dikatakan kikir
2. Gunakan contoh yang benar-benar mewakili keseluruhan kelompok.
Misalnya:
Sebagian besar anak kelas 12 a
Diterima di Universitas Negeri
Karena itu, tingkat keberhasilan masi Universitas Negeri di sekolah ini dapat dikatakan tinggi.
Generalisasi itu kurang kuat karena contoh yang digunakan tidak mewakili keseluruhan siswa kelas 12 di sekolah tersebut. Bisa saja sekolah tersebut mengumpulkan anak yang pintar di kelas 12 a, sehingga wajar jika sebagian besar diterima di Universitas Negeri. Jadi kita harus mengambil contoh dari kelas kelas kelas lain bukan hanya satu kelas saja.
3. Waspadai informasi yang tersembunyi.
Contoh:
Dalam satu tahun terakhir ratusan orang meninggal akibat kecelakaan bus.
Karena itu bus bukanlah alat transportasi yang aman.
Sekilas argumen itu tampak kuat, karena angka ratusan terdengar sangat besar. Tetapi jika kita tahu ada belasan juta orang yang menggunakan bus dengan selamat selama satu tahun terakhir, maka persepsi kita akan berubah. Dengan kata lain, seharusnya argumen ini menggunakan bandingan antara jumlah korban kecelakaan dan dengan yang selamat. Tapi harus satu faktor saja yang disebutkan disini.
4. Uji generalisasi dengan contoh yang berlawanan.
Contoh yang berlawanan adalah informasi yang bertentangan dengan generalisasi kita, walaupun bertentangan ia tidak akan memperlemah argumen sebaliknya ia akan memperkuat argumen kita.
Misalnya:
Pemain sepakbola liga Inggris digaji sangat mahal.
Ini adalah generalisasi yang lemah karena kita tahu bahwa liga Inggris terdiri dari banyak divisi dan hanya pemain divisi atas saja yang digaji sangat tinggi. Oleh karena itu, generalisasi yang lebih kuat adalah:
Umumnya, pemain sepakbola liga Inggris digaji sangat tinggi. Kecuali pemain dari klub-klub divisi bawah.
Dengan umumnya dan kecuali kita mempersempit kesimpulan sekaligus memperkuatnya.
Langganan:
Postingan (Atom)
KEUTAMAAN BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM
BAB KE 3 *{الباب الثالث}: في فضيلة بسم الله الرحمن الرحيم* قال صلى الله عليه وسلم: {مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ بِسْمِ الله الرَّحْمٰنِ الرَ...
-
A. Pengertian Dari segi bahasa, ali adalah isim fa’il dari kata الْغُلُوُّ yang berarti tinggi, antonim dari النُّزُوْلُ yang artinya ren...
-
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mendeskripsikan kesalahan dalam kalimat yang berupa kata transliterasi. Latar belakang masalah...