Senin, 24 Juni 2019

1. Jelaskan dasar-dasar BPN mengajukan gugatan ke MK dan argumentasi KPU serta argumentasi TKN terkait sengketa pilpres.
2. Analisa kasus tersebut dengan pendekatan penalaran dan argumentasi hukum dengan memposisikan saudara sebagai hakim di Mahkamah Konstitusi.

Jawaban:
Dasar-dasar BPN mengajukan gugatan ke MK
a) Adanya kecurangan yang bersifat terstruktur, sistematis dan massif.
b) Praktik manipulasi dokumen formulir rekapitulasi pemilihan dari tempat-tempat pemungutan suara atau C-1.
c) Adanya manipulasi data kartu keluarga.
d) Adanya KTP yang ganda.
e) Adanya pemilihan yang dilakukan oleh anak dibawah umur.
f) Adanya penggunaan dana kampanye.
g) Adanya keterlibatan aparatur pemerintah Negara.
h) Ma’ruf amin terdaftar dalam BUMN
i) Adanya penggunaan APBN untuk mempengaruhi pemilih.
j) Menaikkan gaji perangkat desa
K) Kenaikkan dana kelurahan
l) Mencairkan dana Bansos
m) Menyiapkan skema rumah untuk ASN, TNI, dan Polri
n) Mempengaruhi pendamping desa dalam menggunakan hak pilihnya dengan menaikkan honor dan bantuan biaya operasional yang diterima para pendamping desa pada tanggal 1 april.
o) Penyalahgunaan anggaran CSR BUMN dengan tujuan mempengaruhi pemilih
p) Pembatasan kebebasan Media dan Pers.

Argumentasi KPU
a) KPU membantah atas tudingan adanya kecurangan tersusun, tersistematis dan masif.
b) Permohon sama sekali tidak menguraikan kecurangan penyelenggara pemilu.
c) Adanya kesalahan penginputan data di 21 TPS, dari 813.336 TPS, sudah dilakukan perbaikan.
d) Membebankan mahkamah konstitusi untuk dibebani pembuktian dengan membawa saksi dari pemohon yang tidak jelas, merupakan pelanggaran asas cepat, murah dan sederhana.
e) Perihal meminta adanya perlindungan saksi, itu tidak berdasar dan berlebihan.
f) Link berita tidak bisa dijadikan alat bukti dalam persidangan.
g) Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah bukanlah BUMN, karena kedua bank tersebut  tidak menerima penyertaan modal Negara secara langsung.

Argumentasi TKN
a) TKN membantah atas tudingan adanya kecurangan tersusun, tersistematis dan masif.
b) Tentang penggunaan dana kampanye yang absurd dan melanggar hukum adalah tidak benar. Penerimaan dan pengeluaran dana kampanye, telah di audit oleh kantor publik independent.
c) Pemohon tidak menerangkan, tentang adanya perselisihan hasil suara pemilu 2019, sebagai objek perkara. Hal ini seharusnya menjadi syarat formil permohonan.
d) Pemberian THR dan gaji ke-13 sesuai dengan UU, tidak ada penggunaan APBN untuk mempengaruhi pemilih. Menegaskan bahwa dalil pemohon tidak beralasan dan tidak memiliki korelasi dengan hasil perolehan suara.

2. Analisa dengan pendekatan penalaran dan argumentasi hukum dengan posisi sebagai hakim Mahkamah Konstitusi.
Sebagai hakim hal pertama yang harus dilakukan yaitu mempelajari gugatan-gugatan yang ada, seperti harus mengetahui apa yang digugat, mengapa digugat, dan siapa yang menggugat. Didalam persidangan, tentunya terdapat sistem yang mengaturnya. Ada waktu dimana hakim mendengarkan argument dari si pemohon, termohon dan terkait. Seorang hakim, dalam persidangan harus sabar terhadap pemohon, termohon dan terkait. Dalam persidangan, hakim tidaklah boleh memihak, hakim harus mendengarkan, tidak boleh berpendapat mengenai perkara yang disidangkan. Sebagai hakim, harus terfokus pada fakta-fakta yang ada, dan mendengarkan setiap argument. Model hukum penalaran dan penalaran hukum yang bisa dipakai yaitu positivisme dengan asas logika, dimana dalam menganalisis fakta-fakta, bukti-bukti yang ada harus bersifat logis. Bagi hakim, argumentasi hukum diperlukan dalam mengambil pertimbangan untuk memutuskan perkara. Dalam persidangan, pembuktian diawali dengan menganalisis berkas-berkas yang sudah ada, baru dengan mandatangkan saksi. Setelah, semuanya sudah terlaksana, maka barulah dilakukan musyawarah majelis, dimana dalam musyawarah ini kembali membahas gugatan-gugatan yang ada, gugatannya sinkron atau tidaknya dengan fakta yang ada, dan setelah musyawarah majelis maka barulah ditarik kesimpulan dari semua fakta, saksi, dan memutuskan perkara. Dalam memutuskan perkara, hakim mengimbangi semuanya. Jika ada gugatan yang tidak sinkron maka tidak diterima.

Minggu, 16 Juni 2019

Keutamaan sholat duha

*Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh*

بسم الله الر حمن الر حيم، الحمد لله رب العا لمين، وصلى الله على سيدنا محمد خاتم النبيين واله وصحبه اجمعين، ولاحول ولاقوة الا بالله العلي العظيم.

أعوذ بكلمات الله التامات كلها من شر ما خلق، بسم الله الذي لايضر مع اسمه
شيء في الارض ولا في السماء وهو السميع العليم.

وفى روا ية الطبرانى

Dan di dalam riwayat Imam Thobroni disebutkan :

إن صليت الضحى ركعتين لم تكتب من الغا فلين

Jika engkau *sholat dhuha dua raka'at,* maka engkau tidak dicatat termasuk orang-orang yang lalai,

أو أربعا كتبت من المخبتين

Atau jika engkau *sholat dhuha empat raka'at,* maka engkau dicatat termasuk orang-orang yang tawadhu',

أو ستا كتبت من القا نتين

Atau jika engkau *sholat dhuha enam raka'at,* maka engkau dicatat termasuk orang yang ta'at,

أو ثمانيا كتبت من الفا ئزين

Atau jika engkau *sholat dhuha delapan raka'at,* maka engkau dicatat termasuk orang yang beruntung,

أو عشرا لم يكتب عليك ذلك اليوم ذنب

Atau jika engkau *sholat dhuha sepuluh raka'at,* maka tidak ditulis atas dirimu pada hari itu akan satu dosa pun,

وإن صليتها ثنتى عشرة ركعة بنى الله لك بيتا فى الجنة

Atau jika engkau *sholat dhuha dua belas raka'at,* maka Allah akan membangun untukmu satu rumah di surga.
_________________________
📚 Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantanie, _Tanqihul Qoulil Hatsits Fii Syarhi Lubaabul Hadist_, (Terj.) Zainal Arifin Yahya, Pustaka Mampir, hal. 138.

*Selamat menunaikan ibadah shalat Dhuha*
*Semoga Allah menerima amal ibadah kita... Aamiin* 🍃

Dzikir pagi

Dari Anas bin Malik رضي الله عنه ia berkata: “Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: ‘Aku duduk bersama orang-orang yang berdzikir kepada Allah dari mulai shalat Shubuh sampai terbit mataharilebih aku sukai dari memerdekakan empat orang budak dari anak Isma’il. Dan aku duduk bersama orang-orang yang berdzikir kepada Allah dari mulai shalat ‘Ashar sampai terbenam mataharilebih aku cintai dari memerdekakan empat orang budak.’” (HR. Abu Dawud no. 3667, lihat Shahiih Abi Dawud 11/698 no. 3114 – MisykaatulMashaabiih no. 970, hasan)


Imam Ibnu Qayyim رحمه الله berkata:

“Waktunya antara Shubuh hingga terbit matahari, dan antara ‘Ashar hingga terbenam matahari.”

Dalil dari al-Qur-an tentang Dzikir Pagi dan Petang.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut Nama) Allah dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab: 41-42).

Al-Jauhari (seorang ahli bahasa Arab) berkata: (أَصِيلاً) artinya, waktu antara ‘Ashar sampai Maghrib.”

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ

“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabb-mu pada waktu petang dan pagi.” (QS. Al-Mu’min: 55)

(َالْإِبْكَار) artinya, awal siang hari, sedangkan (الْعَشِيُّ) artinya, akhir siang hari.

Allah سبحانه و تعالي berfirman:

فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ

“Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya).” (QS. Qaaf: 39).


Ini merupakan penafsiran dari apa yang disebutkan dalam beberapa hadits Rasulullah صلي الله عليه وسلم, bahwa siapa yang mengucapkan begini dan begitu pada pagi dan petang hari…, maksudnya adalah sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, yaitu memulainya sesudah shalat Shubuh dan sesudahnya.

(Lihat penjelasan Imam Ibnul Qayyim dalam Shahiih al-Waabilish Shayyib hal. 165-166)


➡ *BACAAN DZIKIR PAGI*


أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”

➡ *1.MEMBACA AYAT KURSI 1X*

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ

الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang (berada) dihadapan mereka, dan dibelakang mereka dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari Ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” Al-Baqarah: 255) (Dibaca pagi 1x) [1]

➡ *2. Membaca Surat Al-Ikhlas (Dibaca Pagi  3x)*

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ

“Katakanlah, Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah (Rabb) yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.’” (QS. Al-Ikhlash: 1-4). (Dibaca pagi 3x). [2]

➡ *3.Membaca Surat Al-Falaq (Dibaca Pagi  3x)*

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَ

سَدَ

“Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai (waktu) Shubuh dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Serta dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”‘ (QS. Al-Falaq: 1-5). (Dibaca pagi 3x). [3]

➡ *4.Membaca Surat An-Naas (Dibaca Pagi 3x)*

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَهِ النَّاسِ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ

”Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan (Ilah) manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada-dada manusia. Dari golongan jin dan manusia.’” (QS. An-Naas: 1-6) (Dibaca pagi 3x) [4]

➡ *5.Membaca (Dibaca Pagi 1x)*

Ketika pagi, Rasulullah صلي الله عليه وسلم membaca:

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ.

*Ash-bahnaa wa ash-bahal mulku lillah walhamdulillah, laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodir. Robbi as-aluka khoiro maa fii hadzal yaum wa khoiro maa ba’dahu, wa a’udzu bika min syarri maa fii hadzal yaum wa syarri maa ba’dahu. Robbi a’udzu bika minal kasali wa su-il kibar. Robbi a’udzu bika min ‘adzabin fin naari wa ‘adzabin fil qobri.*

”Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji hanya milik Allah. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabb, aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di Neraka dan siksaan di kubur.” (Dibaca pagi 1x) [5]

➡ *6.Membaca (Dibaca Pagi 1x)*

Ketika pagi, Rasulullah صلي الله عليه وسلم membaca:

اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ

*Allahumma bika ash-bahnaa wa bika amsaynaa wa bika nahyaa wa bika namuutu wa ilaikan nusyuur.*

“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore. Dengan rahmat dan kehendak-Mu kami hidup dan dengan rahmat dan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu kebangkitan (bagi semua makhluk).” (Dibaca pagi 1x) [6]

➡ *7.Membaca Sayyidul Istighfar (Dibaca Pagi 1x)*

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

*Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mas-tatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bi ni’matika ‘alayya wa abu-u bi dzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz dzunuuba illa anta.*

“Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau, Engkau-lah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan (apa) yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali E

ngkau.” (Dibaca pagi 1x) [7]

➡ *8.Membaca (Dibaca Pagi 3x)*

اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah, selamatkanlah tubuhku (dari penyakit dan dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah pendengaranku (dari penyakit dan maksiat atau dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah penglihatanku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.” (Dibaca pagi 3x) [8]

➡ *9.Membaca (Dibaca Pagi 1x)*

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

*Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dunyaa wal aakhiroh. Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fii diinii wa dun-yaya wa ahlii wa maalii. Allahumas-tur ‘awrootii wa aamin row’aatii. Allahumah fadni min bayni yadayya wa min kholfii wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fawqii wa a’udzu bi ‘azhomatik an ughtala min tahtii.*

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tentramkan-lah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan ke dalam bumi).”(Dibaca pagi 1x) [9]

➡ *10.Membaca (Dibaca Pagi 1x)*

اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ

*Allahumma ‘aalimal ghoybi wasy syahaadah faathiros samaawaati wal ardh. Robba kulli syai-in wa maliikah. Asyhadu alla ilaha illa anta. A’udzu bika min syarri nafsii wa min syarrisy syaythooni wa syirkihi, wa an aqtarifa ‘alaa nafsii suu-an aw ajurruhu ilaa muslim.*

“Ya Allah Yang Mahamengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb Pencipta langit dan bumi, Rabb atas segala sesuatu dan Yang Merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, syaitan dan ajakannya menyekutukan Allah (aku berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan atas diriku atau mendorong seorang muslim kepadanya.” (Dibaca pagi 1x) [10]

➡ *11.Membaca (Dibaca Pagi 3x)*

بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

*Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim.*

“Dengan Menyebut Nama Allah, yang dengan Nama-Nya tidak ada satupun yang membahayakan, baik di bumi maupun dilangit. Dia-lah Yang Mahamendengar dan Maha mengetahui.” (Dibaca pagi3x) [11]

➡ *12.Membaca (Dibaca Pagi 3x)*

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا

*Rodhiitu billaahi robbaa wa bil-islaami diinaa, wa bi-muhammadin shallallaahu ‘alaihi wa sallama nabiyya.*

“Aku rela (ridha) Allah sebagai Rabb-ku (untukku dan orang lain), Islam sebagai agamaku dan Muhammad صلي الله عليه وسلم sebagai Nabiku (yang diutus oleh Allah).” (Dibaca 3x)[12]

➡ *13.Membaca (Dibaca Pagi 1x)


يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدً


*Yaa Hayyu Yaa Qoyyum, bi-rohmatika as-taghiits, wa ash-lih lii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin Abadan.*

“Wahai Rabb Yang Maha hidup, Wahai Rabb Yang Maha berdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu) dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan (urusanku) kepada diriku sendiri meskipun hanya sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (Dibaca pagi 1x) [13]

➡ *14.Membaca (Dibaca Pagi 1x)*

أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

*Ash-bahnaa ‘ala fithrotil islaam wa ‘alaa kalimatil ikhlaash, wa ‘alaa diini nabiyyinaa Muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallam, wa ‘alaa millati abiina Ibraahiima haniifam muslimaaw wa maa kaana minal musyrikin*

“Di waktu pagi kami berada diatas fitrah agama Islam, kalimat ikhlas, agama Nabi kami Muhammad صلي الله عليه وسلم dan agama ayah kami, Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang musyrik.” (Dibaca pagi 1x) [14]

➡ *15.Membaca (Dibaca 10x atau 1x)*

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ.

*Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.*

“Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 10x [15] atau dibaca 1x pada pagi) [16]

➡ *16.Membaca (Dibaca setiap hari 100x)*

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ.

*Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.*

“Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca setiap hari 100x) [17]

➡ *17.Membaca (Dibaca Pagi 3x)*

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

*Subhanallah wa bi-hamdih, ‘adada kholqih wa ridhoo nafsih. wa zinata ‘arsyih, wa midaada kalimaatih.*

“Mahasuci Allah, aku memuji-Nya sebanyak bilangan makhluk-Nya, Mahasuci Allah sesuai ke-ridhaan-Nya, Mahasuci seberat timbangan ‘Arsy-Nya, dan Mahasuci sebanyak tinta (yang menulis) kalimat-Nya.”(Dibaca pagi 3x) [18]

➡ *18.Membaca (Dibaca Pagi 1x)*

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

*Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.*

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amalan yang diterima.” (Dibaca pagi 1x) [19]

➡ *19.Membaca (Dibaca Pagi 100x)*

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ

*Subhanallah wa bi-hamdih.*

“Mahasuci Allah, aku memuji-Nya.” (Dibaca pagi100x) [20]

➡ *20.Membaca (Dibaca setiap hari 100x)*

أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

*Astagh-firullah wa atuubu ilaih.*

“Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.” (Dibaca setiap hari 100x) [21]

_____

Fote Noote:

[1] Barangsiapa yang membaca ayat ini ketika pagi hari, maka ia dilindungi dari (gangguan) jin hingga sore hari. Dan barangsiapa mengucapkannya ketika sore hari, maka ia dilindungi dari (gangguan) jin hingga pagi hari.” (Lihat Mustadrak Al-Hakim 1/562, Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib 1/418 no. 662, shahih).

[2] HR. Abu Dawud no. 5082, an-Nasa-i VIII/250 dan at-Tirmidzi no. 3575, Ahmad V/312, Shahiih at-Tirmidzi no. 2829, Tuhfatul Ahwadzi no. 3646, Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib 1/411 no. 649, hasan shahih

[3] Ibid.

[4] “Barangsiapa membaca tiga surat tersebut setiap pagi

dan sore hari, maka (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu”. Yakni mencegahnya dari berbagai kejahatan. ( HR. Abu Dawud no. 5082, Shahiih Abu Dawud no. 4241, Annasa-i VIII 250 dan At-Tirmizi no. 3575 , At-Tarmidzi berkata “Hadits ini hasan shahih” Ahmad V/312, dari Abdullah bin Khubaib radhiyallahu ‘anhu. Shahiih at-Tirmidzi no. 2829, Tuhfatul Ahwadzi no. 3646, Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib 1/411 no. 649, hasan shahih).

[5] HR. Muslim no. 2723 (75), Abu Dawud no. 5071, dan at-Tirmidzi 3390, shahih dari Abdullah Ibnu Mas’ud.

[6] HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 1199, lafazh ini adalah lafazh al-Bukhari, at-Tirmidzi no. 3391, Abu Dawud no. 5068, Ahmad 11/354, Ibnu Majah no. 3868, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Shahiih al-Adabil Mufrad no. 911, shahih. Lihat pula Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 262.

[7] “Barangsiapa membacanya dengan yakin di waktu pagi lalu ia meninggal sebelum masuk waktu sore, maka ia termasuk ahli Surga. Dan barangsiapa membacanya dengan yakin di waktu sore lalu ia meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk ahli Surga.” (HR. Al-Bukhari no. 6306, 6323, Ahmad IV/122-125, an-Nasa-i VIII/279-280) dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu.

[8] HR. Al-Bukhari dalam Shahiib al-Adabil Mufrad no. 701, Abu Dawud no. 5090, Ahmad V/42, hasan. Lihat Shahiih Al-Adabil Mufrad no.539

[9] HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 1200, Abu Dawud no. 5074, An-Nasa-i VIII / 282, Ibnu Majah no. 3871, al-Hakim 1/517-518, dan lainnya dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhumaa. Lihat Shahiih al-Adabul Mufrad no. 912, shahih

[10] Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda kepada Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه “Ucapkanlah pagi dan petang dan apabila engkau hendak tidur.” HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad 1202, at-Tirmidzi no.3392 dan Abu Daud no. 5067,Lihat Shahih At- Tirmidzi no. 2798, Shahiih al-Adabil Mufrad no. 914, shahih. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 2753

[11] “Barangsiapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore hari, maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakan dirinya.” HR. At-Tirmidzi no. 3388, Abu Dawud no. 5088,Ibnu Majah no. 3869, al-Hakim 1/514, Dan Ahmad no. 446 dan 474, Tahqiq Ahmad Syakir. Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, lihat Shahiih Ibni Majah no. 3120, al-Hakim 1/513, Shahiih al-Adabil Mufrad no. 513, Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib 1/413 no. 655, sanad-nya shahih.

[12] “Barangsiapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore, maka Allah memberikan keridhaan-Nya kepadanya pada hari Kiamat.” HR. Ahmad IV/337, Abu Dawud no. 5072, at-Tirmidzi no. 3389, Ibnu Majah no. 3870, an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 4 dan Ibnus Sunni no. 68, dishahihkan oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/518 dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi, hasan. Lihat Shahiih At Targhiib wat Tarhiib I/415 no. 657, Shahiih At Targhiib wat Tarhiib al-Waabilish Shayyib hal. 170, Zaadul Ma’aad II/372, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 2686.

[13] HR. An-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 575, dan al-Hakim 1/545, lihat Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib 1/417 no. 661, Ash-shahiihah no. 227, hasan, dari Anas radhiyallahu ‘anhu

[14] HR. Ahmad III/406, 407, ad-Darimi II/292 dan Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wol Lailah no. 34, Misykaatul Mashaabiih no. 2415, Shahiihal-Jaami’ish Shaghiir no. 4674, shahih

[15] HR. Muslim no. 2693, Ahmad V/420, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 113 dan 114, Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib 1/416 no. 660, shaahih.

[16] HR. Abu Dawud no. 5077, Ibnu Majah no. 3867, dari Ab ‘Ayyasy Azzurraqy radhiyallahu ‘anhu, Shahiih Jaami’ish Shaghiir no. 6418, Misykaatul Mashaabiih no. 2395, Shahiih at-Targhiib 1/414 no. 656, shahih.

[17] “Barangsiapa membacanya sebanyak 100x dalam sehari, maka baginya (pahala) seperti memerdekakan sepuluh budak, ditulis seratus kebaikan, dihapus darinya seratus keburukan, mendapat perlindungan dari syaitan pada hari itu hingga sore hari. Tidaklah seseorang itu dapat mendatangkan yang lebih baik dari apa yang dibawanya kecuali ia melakukan lebih banyak lagi dari itu.” HR. Al-Bukhar

i no. 3293 dan 6403, Muslim IV/2071 no. 2691 (28), at-Tirmidzi no. 3468, Ibnu Majah no. 3798, dari Sahabat Abu Hurairah رضي الله عنه. Penjelasan: Dalam riwayat an-Nasa-i (‘Amalul Yaum wal Lailah no. 580) dan Ibnus Sunni no. 75 dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dengan lafadz: “Barangsiapa membaca 100x pada pagi hari dan 100x pada sore Hari.”… Jadi, dzikir ini dibaca 100x diwaktu pagi dan 100x diwaktu sore. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 2762

[18] HR. Muslim no. 2726. Syarah Muslim XVII/44. Dari Juwairiyah binti al- Harits radhiyallahu ‘anhuma

[19] HR. Ibnu Majah no. 925, Shahiih Ibni Majah 1/152 no. 753 Ibnus Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 54,110, dan Ahmad VI / 294, 305, 318, 322. Dari Ummu Salamah, shahih.

[20] HR. Muslim no. 2691 dan no. 2692, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu Syarah Muslim XVII / 17-18, Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib 1/413 no. 653. Jumlah yang terbanyak dari dzikir-dzikir Nabi adalah seratus diwaktu pagi dan seratus diwaktu sore. Adapun riwayat yang menyebutkan sampai seribu adalah munkar, karena haditsnya dha’if. (Silsilah al-Ahaadiits adh-Dha-’iifah no. 5296).

[21] HR. Al-Bukhari/ Fat-hul Baari XI/101 dan Muslim no.2702

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ:قَالَ رَسُو لُ اللهِ صلي الله عليه وسلم : يَااَيُّهَا النَّسُ، تُوبُواإِلَيْ اللهِ. فَإِنِّيْ اَتُوبُ فِيْ الْيَومِ إِلَيْهِ مِانَةً مَرَّةٍ

Dari Ibnu ‘Umar ia berkata: “Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: ‘Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya dalam sehari seratus kali.’” HR. Muslim no. 2702 (42).

Dalam riwayat lain dari Agharr al-Muzani, Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:

[إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِيْ وَإِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ]

“Sesungguhnya hatiku terkadang lupa, dan sesungguhnya aku istighfar (minta ampun) kepada Allah dalam sehari seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702 (41)

Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

‘Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, Yang tidak ada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Dia, Yang Maha hidup lagi Maha berdiri sendiri dan aku bertaubat kepada-Nya.’

Maka Allah akan mengampuni dosanya meskipun ia pernah lari dari medan perang.” HR. Abu Dawud no. 1517, at-Tirmidzi no. 3577 dan al-Hakim I/511. Lihat Shahiih at-Tirmidzi III/282 no. 2381.

Ayat yang menganjurkan istighfar dan taubat di antaranya: (QS. Huud: 3), (QS. An-Nuur: 31), (QS. At-Tahriim: 8) dan lain-lain.

[22] HR. Ahmad 11/290, an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 596, Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib 1/412 no. 652, Shahiih al-Jaami ‘ish Shaghiir no. 6427

Dinukil dari buku Doa Dan Wirid halaman 133- 155 yang disusun oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir jawas , Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafii

Birrul walidain

Ketika kamu membelikan baju lebaran untuk anak-anakmu, janganlah kamu lupakan orang yang dulu membelikanmu baju waktu kecil.

Janganlah kamu lupakan perempuan yang memakaikanmu baju baru pada pagi hari lebaran, dan dia tersenyum di hadapanmu serta menciummu.

Jangan kalian lupakan jika mereka telah wafat, berikan sedekah dan doa untuknya, lalu katakanlah; Ya Allah, rahmatilah keduanya sebagaimana mereka mendidikku dimasa kecil.


 Al Habib Ali Al-Jufri
 *(DOA IBU LEBIH MULIA DARI DOA ULAMA BESAR SEKALIPUN)*

Di Hadromaut (Yaman), Setiap orang yang datang menghadap Habib Salim atau Habaib Sepuh yang Alim di Tarim untuk minta di doakan, selalu mendapat pertanyaan yang sama :

*"Apakah kamu masih memiliki permata (Ibu) di rumahmu ?"*

Jika jawabnya, masih maka beliau dengan halus mengatakan :

*"Tahukah, bahwa doa ibu untukmu, lebih Mulia dan Makbul dari pada Doa seorang Wali Besar sekalipun ?"*

Rasulullah ﷺ bersabda : _"Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah, maka jangan sia-siakan pintu itu atau jagalah ia."_ (HR. TIRMIDZI).

*Ibu adalah pintu Surga bagi anak2-nya dan Ayah adalah jembatan menuju kepadanya.*

Air susu Ibu yang kita minum adalah saripati makanan hasil jerih payah, keringat Ayah yang mencari nafkah untuk keluarga, karena itu Muliakan Mereka.  Mau keluar rumah ? Jangan lupa cium tangan Ibu dan Ayah.

*Bila kita sudah bekerja, berkeluarga, atau tidak tinggal serumah, sering-seringlah mengunjunginya.*

Bila tidak memungkinkan, Telponlah, agar hatinya ridha, atas seluruh jerih payah dan setiap tetesan susu yang telah menjadi darah daging kita.

*Setidaknya, memberikan Perhatian kepada-nya di Masa Tuanya, jangan melawannya...*

Kesuksesan kita dalam belajar.. dalam bekerja.. tidak terlepas dari DOA seorang Ibu.

*Perbaiki hubunganmu dengan Ibu, kau akan mendapatkan ketenangan dan kedamaian..*

DOA Ibu menembus langit ke-7... tidak terhalang oleh apapun ...

*Muliakanlah ibumu, surga menantimu..*

Semoga ALLOH Ta'ala Meridhai dan selalu memberikan Rahmat dan barokah kepada kedua orang tua dan keluarga kita tercinta ..... aamiin aamiin ya rabbal alamin 🤲🏼🤲🏼🤲🏼❤

Kumpulan bait bait Mahfudhot

Sekedar mengingat hafalan yg musnah ditelan zaman. 😁

1. مَنْ جَدَّ وَجَدَ
2. مَنْ سَارَ عَلَى الدَرْبِ وَصَلَ
3. مَن صَبَرَ ظَفِرَ
4. مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ
5. جَالِسْ أَهْلَ الصِدْقِ وَ الوَفَاءِ
6. مَوَدَّةُ الصَدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضِيْقِ
7. وَمَااللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَعَبِ
8. الصَبْرُ يُعِيْنُ عَلَى كُلِّ عَمَلٍ
9. جَرِّبْ وَلاَحِظْ تَكُنْ عَارِفًا
10. اطْلَبِ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلىَ اللَحْدِ
11. بَيْضَةُ اليَوْمِ خَيْرٌ مِنْ دَجَاجَةِ الغَدِ
12. الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَهَبِ
13. العَقْلُ السَلِيْمُ فىِ الجِسْمِ السَلِيْمِ
14. خَيْرُ جَلِيْسٍ فىِ الزَمَانِ كِتَابٌ
15. مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ
16. خَيْرُ الأَصْحَابِ مَنْ يَدُلُّكَ عَلَى الخَيْرِ
17. لَوْلاَ العِلْمُ لَكَانَ النَاسُ كَالبَهَائِمِ   
18. العِلْمُ فىِ الصِغَرِ كَالنَقْشِ عَلَى الحَجَرِ
19. لَنْ تَرْجِعَ الأَيَّامُ التِى مَضَتْ
20. تَعَلَّمَنْ صَغِيْرًا وَاعْمَلْ بِهِ كَبِيْرًا
21. العِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالشَجَرِ بِلاَ ثَمَرٍ
22. الإِتِّحَادُ أَسَاسُ النَجَاحِ
23. لَا تَحْتَقِرْ مِسْكِيْنًا وَكُنْ لَهُ مُعِيْنًا
24. الشَرَفُ بِالأَدَبِ لَابِالنَسَبِ
25. سَلَامَةُ الإِنْسَانِ فِى حِفْظِ اللِّسَانِ
26. آدَبُ المَرْءِ خَيْرٌ مِنْ ذَهَبِهِ
27. سُوْءُ الخُلُقِ يُعْدِى
28. آفَةُ العِلْمِ النِّسْيَانُ
29. إِذَا صَدَقَ العَزْمُ وَضَحَ السَّبِيْلُ
30. لَا تَحْتَقِرْ مَنْ دُوْنَكَ فَلِكُلِّ شَىءٍ مَزِيَّةٌ
31. اَصْلِحْ نَفْسَكَ يَصْلُحْ لَكَ النَّاسُ
32. فَكِّرْ قَبْلَ أَنْ تَعْزِمَ
33. مَنْ عَرَفَ بُعْدَ السَّفَرِ اِسْتَعَدَّ
34. مَنْ حَفَرَ حُفْرَةً وَقَعَ فِيْهَا
35. عَدُوٌّ عَاقِلٌ خَيْرٌ مِنْ صَدِيْقٍ جَاهِلٍ
36. مَنْ كَثُرَ إِحْسَانُهُ كَثُرَ إِخْوَانُهُ
37. اِجْهَدْ وَلَا تَكْسَلْ وَلَا تَكُ غَافِلًا  # فَنَدَامَةُ العُقْبَى لِمَنْ يَتَكَاسَلُ
38. لَا تُؤَخِّرْ عَمَلَكَ إِلَى الغَدِ مَاتَقْدِرُ أَنْ تَعْمَلَهُ اليَوْمَ
39. اُتْرُكِ الشَّرَّ يَتْرُكْكَ
40. خَيْرُ النَّاسِ اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَاَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
41. فِى التَّأَنِّى السَّلَامَةُ وَفِى العَجَلَةِ النَّدَامَةُ
42. ثَمْرَةُ التَفْرِيْطِ النَدَامَةُ وَثَمْرَةُ الحَزْمِ السَلاَمَةُ
43. الرِّفْقُ بِالضَّعِيْفِ مِنْ خُلُقِ الشَّرِيْفِ
44. فَجَزَاءُ سَيَّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا
45. تَرْكُ الجَوَابِ عَلَى الجَاهِلَ جَوَابٌ
46. مَنْ عَذُبَ لِسَانُهُ كَثُرَ إِخْوَانُهُ
47. إِذَا تَمَّ العَقْلُ قَلَّ الْكَاَةمُ
48. مَنْ طَلَبَ اَخًا بِلَا عَيْبٍ بَقِيَ بِلَا اَخٍ
49. قُلِ الحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا
50. خَيْرُ مَالِكَ مَا نَفَعَكَ
51. خَيْرُ الأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا
52. لِكُلِّ مَقَامٍ مَقَالٌ وَلِكُلِّ مَقَالٍ مَقَامٌ
53. إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
54. لَيْسَ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ فَقِيْرًا بَلْ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ بَخِيْلًا
55. لَيْسَ اليَتِيْمُ الَّذِى قَدْ مَاتَ وَالِدُهُ بَلْ اليَتِيْمُ يَتِيْمُ العِلْمِ وَالأَدَبِ
56. لِكُلِّ عَمَلٍ ثَوَابٌ وَلِكُلِّ كَاَامٍ جَوَابٌ
57. وَعَامِلِ النَّاسَ كَمَا تُحِبُّ أَنْ يُعَامِلُوْكَ   
58. هَلَكَ اِمْرُؤٌ لَمْ يَعْرِفْ قَدْرَهُ
59. رَأْسُ الذُّنُوْبِ الكَذِبُ
60. مَنْ ظَلَمَ ظُلِمَ
61. لَيْسَ الجَمَالُ بِأَثْوَابٍ تُزَيِّنُنَا إِنَّ الَجمَالَ جَمَالُ العِلْمِ وَالأَدَبِ
62. لَا تَكُنْ رَطْبًا فَتُعْصَرَ وَلَا يَابِسًا فَتُكَسَّرَ
63. مَنْ اَعَانَكَ عَلَى الشَّرِّ ظَلَمَكَ
64. العَمَلُ يَجْعَلُ الصَّعْبَ سَهْلًا
65. أَخِىْ لَنْ تَنَالُ العِلْمَ إِلَّا بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَدِرْهَمٌ وَصُحْبَةُ  أُسْتَاذٍ وَ طُوْلُ زَمَانٍ
66. مَنْ تَأَنَّى نَالَ مَا تَمَنَّى
67. اُطْلُبِ العِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
68. النَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ
69. إِذَا كَثُرَ الـمَطْلُوْبُ قَلَّ الـمُسَاعِدُ
70. لَا خَيْرَ فِى لَذَّةٍ تَعْقِبُ نَدَمًا
71. تَنْظِيْمُ العَمَلِ يُوَفِّرُ نِصْفَ الوَقْتِ
72. رُبَّ أَخٍ لَمْ تَلِدْهُ وَالِدَةٌ
73. دَاوُوا الغَضَبَ بِالصُّمْتِ
74. الكَاَِمُ يَنْفُذُ مَا لَا تَنْفُذُهُ الإِبَرُ
75. لَيْسَ كُلُّ مَا يَلْمَعُ ذَهَبًا
76. سِيْرَةُ الـمَرْءِ تُنْبِئُ عَنْ سَرِيْرَتِهِ
77. قِيْمَةُ الـمَرْءِ بِقَدْرِ مَا يُحْسِنُهُ
78. صَدِيْقُكَ مَنْ اَبْكَاكَ لَا مَنْ اَضْحَكَكَ
79. عَثْرَةُ القَدَمِ اَسْلَمُ مِنْ عَثْرَةِ اللِّسَانِ
80. خَيْرُ الكَاَُمِ مَا قَلَّ وَدَلَّ
81. كُلُّ شَيْءٍ إِذَا كَثُرَ رَخُصَ إِلَّا الاَدَبُ
82. أَوَّلُ الغَضَبِ جُنُوْنٌ وَآخِرُهُ نَدَمٌ
83. العَبْدُ يُضْرَبُ بِالعَصَا وَالحُرُّ يَكْفِيْهِ بِالإِشَارَةِ
84. اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلَا تَنْظُرْ مَنْ قَالَ
85. الحَسُوْدُ لَا يَسُوْدُ
86. الأَعْمَالُ بِخَوَاتِمِهَا

1. Siapa bersungguh-sungguh dia berhasil.
2. Siapa berjalan pada relnya akan sampai.
3. Siapa bersabar berhasil.
4. Siapa sedikit kejujurannya, sedikit temannya.
5. Bergaullah dengan orang jujur dan menepati janji.
6. Kasih sayang teman tampak pada waktu kesempitan.
7. Tak ada kenikmatan kecuali setelah susah payah.
8. Kesabaran membantu atas setiap pekerjaan.
9. Coba dan perhatikan, kau akan jadi tahu.
10. Tuntutlah ilmu sejak buaian hingga liang lahat.
11. Telur hari ini lebih baik dari ayam  besok hari.
12. Waktu itu lebih berharga daripada emas.
13. Pikiran yang sehat terdapat pada badan yang sehat.
14. Sebaik-baik teman duduk sepanjang waktu adalah buku.
15. Siapa menanam dia akan memetik.
16. Sebaik-baik kawan adalah yang menunjukkanmu pada kebaikan.
17. Jika tak ada ilmu maka pasti manusia seperti binatang.
18. Pengetahuan pada waktu kecil seperti lukisan di atas batu.
19. Tak akan kembali hari-hari yang telah berlalu.
20. Belajarlah pada waktku kecil dan amalkan dia saat kau besar.
21. Ilmu tanpa diamalkan bagaikan pohon tanpa buah.
22. Persatuan adalah dasar keberhasilan.
23. Jangan menghina orang miskin dan jadilah penolong baginya.
24. Kemuliaan itu dengan adab bukan karena keturunan.
25. Keselamatan manusia ada pada menjaga pembicaraannya.
26. Perilaku (baik) seseorang lebih baik dari emasnya.
27. Kejelekan perilaku itu menular.
28. Bencana pengetahuan adalah lupa.
29. Jika benar tekadnya maka akan jelas perjalanannya.
30. Jangan menghina orang yang lebih rendah darimu, karena setiap sesuatu memiliki kelebihan.
31. Perbaiki dirimu, maka akan baik kepadamu semua manusia.
32. Berpikirlah sebelum bertindak.
33. Siapa yang mengetahui jauhnya perjalanan dia akan bersiap-siap.
34. Siapa menggali lobang akan terposok ke dalamnya.
35. Musuh yang cerdas lebih baik dari kawan yang bodoh.
36. Siapa yang banyak kebaikannya maka banyak sahabatnya.
37. Bersungguh-sungguhlah dan jangan malas dan jangan jadi lalai, karena penyesalan mendalam itu adalah milik mereka yang bermalas-malasan.
38. Jangan tunda pekerjaanmu hingga besok, apa yang dapat kau kerjakan hari ini.
39. Tinggalkannlah kejahatan itu, dia pasti meninggalkanmu.
40. Sebaik-baik manusia adalah yang terbaik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi manusia.
41. Dalam kehati-hatian ada keselamatan dan dalam ketergesa-gesaan ada penyesalan.
42. Buah dari penyia-nyiaan adalah penyesalan dan buah dari keteguhan adalah keselamatan.
43. Kasih sayang pada yang lemah termasuk akhlak yang mulia.
44. Balasan dari kejelekan adalah kejelakan yang setimpal.
45. Meninggalkan jawaban untuk orang bodoh adalah jawabannya.
46. Barang siapa yang manis tutur katanya banyak sahabatnya.
47. Jika sempurna akal seseorang maka sedikit bicaranya.
48. Barang siapa yang mencari kawan tanpa aib maka dia tetap tidak memiliki kawan.
49. Katakanlah yang benar meskipun pahit.
50. Sebaik-baik hartamu adalah yang memberikan manfaat bagimu.
51. Sebaik-baik perkara adalah pertengahan.
52. Setiap tempat ada kata-katanya (yg cocok) dan setiap kata-kata ada tempatnya (yg cocok.
53. Jika kamu tidak malu maka berbuatlah sekehendakmu.
54. Bukannya aib bagi mereka yang miskin, tapi aib itu milik mereka yang pelit.
55. Bukannya yatim itu yang telah mati orang tuanya, tapi yatim itu adalah yang tidak memiliki ilmu dan sopan santun.
56. Setiap pekerjaan ada balasannya dan setiap perkataan ada jawabannya.
57. Dan perlakukanlah manusia sebagaimana kamu ingin diperlakukan.
58. Hancurlah seseorang yang tidak mengetahui kemampuannya.
59. Otak dari dosa adalah kebohongan.
60. Siapa yang menzalimi akan terzalimi.
61. Bukannya keindahan itu dengan pakaian yang menghiasi kita tapi keindahan itu adalah keindahan ilmu dan adab.
62. Jangan kamu lemah nanti kamu diperas dan jangan keras nanti kamu dipatahkan.
63. Barang siapa yang membantumu melakukakan kejelekan, dia menzalimimu.
64. Tindakan, membuat yang sulit menjadi mudah.
65. Saudaraku! Kamu tidak akan mendapat ilmu kecuali dengan enam perkara, akan ku berikan perincian dengan jelas :  Kecerdasan, Harta Benda, Ketamakan, Mempergauli Ustadz Kesungguhan  Waktu yang panjang.
66. Barang siapa yang berhati-hati maka dia akan mendapatkan apa yang dia impikan.
67. Tuntutlah ilmu itu walaupun ke negeri Cina.
68. Kebersihan adalah bagian dari iman.
69. Jika perminataan terlalu banyak, sediki yang membantu.
70. Tak ada kebaikan pada kenikmatan yang diiringi penyesalan.
71. Mengatur pekerjaan akan menghemat setengah waktu.
72. Banyak saudara yang tidak dilahirkan oleh seorang ibu.
73. Obatilah kemarahan itu dengan diam.
74. Perkataan itu menembus apa yang tak ditembus oleh jarum.
75. Tidak setiap yang berkilap itu adalah emas.
76. Tindak tanduk seseorang menunjukkan kepribadiannya.
77. Nilai seseorang sesuai dengan kebaikan yang dilakukannya.
78. Sahabatmu adalah yang membuatmu menangis bukan yang membuatmu tertawa.
79. Terpelesetnya kaki lebih aman dari terpelesetnya lidah.
80. Sebaik-baik kata adalah yang ringkas dan mengena.
81. Segala sesuatu jika kebanyakan akan murah kecuali sopan santun.
82. Awal kemarahan adalah kegilaan dan berakhir dengan penyesalan.
83. Budak itu dipukul dengan tongkat sedangkan orang yang merdeka itu cukup dengan isyarat.
84. Perhatikan apa yang dikatakan dan jangan perhatikan siapa yang mengatakan.
85. Pendengki tak akan bahagia.
86. Semua pekerjaan tergantung penghujungnya

Semoga manfaat.

Nadzom Asma'ul Husna

Karya Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin
Syaikh Abu Bakar bin Salim
اللهُ يَا رَحْمٰنُ يَا رَحِيْمُ
Allahu Ya Rokhmaanu yaa rokhiimu
Allah Maha Pengasih wahai para penyayang
يَا مَالِكٌ عَطَاؤُهُ فَخِيْمُ
Yaa Maalikun ‘Athoouhu fakhiimu
Wahai para pemerintah yang pemberiannya sangat besar
قُدُّوْسُ قَدِّسْ بِالصَّفَاءِ رُوْحِيْ
Qudduusu qoddis bisshofaai ruukhi
Maha Suci, sucikanlah ruhku dengan kemurnian-Mu
وَافْتَحْ عَلَيْنَا أَكْبَرَ الْفُتُوْحِ
Waftakh ‘alainaa akbarol futuukhi
Dan bukalah kepada kami sebesar-besar pembukaan
سَلاَمُ يَا مُؤْمِنُ آمِنْ رَوْعَتِيْ
Salaamu yaa mu’minu aamin rou’ati
Maha sejahtera, wahai maha pengaman, damaikanlah segala kesalahanku
مُهَيْمِنٌ عَزِيْزُ إِرْفَعْ رُتْبَتِيْ
Muhaiminu aziizu irfa’ rutbati
Maha pemelihara, maha mulia, angkatlah martabatku
جَبَّارُ يَا مُتَكَبِّرٌ يَا خَالِقُ
Jabbaaru yaa mutakabbirun yaa khooliqu
Maha perkasa wahai Maha Megah, Wahai Maha Pencipta
يَا بَارِئٌ إِنِّي بِفَضْلِكَ وَاثِقُ
Yaa Baariun innii bifadlika waatsiqu
Wahai Maha Perancang, sesungguhnya aku sepenuhnya bergantung dengan kelebihanmu
مُصَوِّرٌ غَفَّارُ يَا قَهَّارُ
Musowwirun Ghoffaru Ya Qohhaaru
Maha Pembentuk rupa, wahai Maha Pengampun, Wahai Maha Pemaksa
وَهَّابُ غَيْثُكَ دَائِمًا مِدْرَارُ
Wahhaabu Ghoitsuka daaiman midrooru
Maha Pember, pertolongan-Mu senantiasa memenuhi
رَزَّاقُ يَا فَتَّاحُ يَا عَلِيْمُ
Rozzaaqu yaa fattaakhu yaa ‘aliimu
Maha Pemberi rizqi, wahai Maha Pembuka, wahai maha mengetahui
إِفْضَالُهُ وَخَيْرُهُ عَمِيْمُ
Ifdlooluhu wakhhoiruhu ‘aminu
Segala kelebihan dan kebaikan-Nya yang sangat menyeluruh
يَا قَابِضٌ يَا بَاسِطٌ هَبْنَا الْمُنَى
Ya Qoobidlun yaa Baasithun habnal munaa
Wahai Maha pengekang, waha yang maha melapangkan, berikan kami segala yang dicita-citakan
يَا خَافِضٌ يَا رَافِعٌ كُنْ عَوْنَنَا
Yaa Khoofidlun Yaa Roofi’iun kun ‘aunana
Wahai Maha Penurun, wahai Maha Pengangkat, jadikanlah bantuan untuk kami.
مُعِزُّ يَا مُذِلُّ هَبْ لِيْ عِزَّا
Mu’izzu yaa mudzillu hablii ‘izzaa
Yang Maha Memuliakan, wahai yang Maha Menghinakan, berikan aku kemuliaan.
سَمِيْعُ يَا بَصِيْرُ كُنْ لِيْ حِرْزًا
Samii’u yaa bashiiru kun lii khirzaa 2x
Maha Mendengar, yang Maha Melihat, jadikanlah untukku benteng.
يَا حَكَمٌ يَا عَدْلُ عَامِلْ بِالْكَرَمْ
Yaa Khakamun, yaa ‘adlu ‘aamil bilkarom
Wahai Maha Penghukum, wahai yang Maha Adil, perilakukanlah padauk dengan sifat Pemurah-Mu.
لَطِيْفُ يَا خَبِيْرُ وَادْفَعِ النِّقَمْ
Latiifu yaa khobiiru wadfa’in niqom
Maha Lembut, wahai Maha Waspada, tolaklah segala bencana
حَلِيْمُ يَا عَظِيْمُ يَا غَفُوْرُ
Khaliilu yaa ‘adziimu ya ghofuuru
Maha penyantun, wahai Maha Agung, wahai Maha Pengampun.
شَكُوْرُ يَا عَلِيُّ يَا كَبِيْرُ
Syakuuru yaa ‘aaliyyu yaa kabiiru
Maha Pembalas segala kebaikan, wahai Maha Tinggi, Wahai Maha Besar.
حَفِيْظُ يَا مُقِيْتُ يَا حَسِيْبُ
Khafiidzu yaa muqiitu yaa khasiibu
Maha Penjaga, wahai maha pencukup, wahai Maha Penjamin
جَلِيْلُ يَا كَرِيْمُ يَا رَقِيْبُ
Jaliilu yaa kariimu yaa roqiibu
Maha Luhur, wahai Maha Pemurah, Wahai Maha Pemerhati.
مُجِيْبُ يَا وَاسِعُ وَسِّعْ مَشْهَدِيْ
Mujiibu ya waasi’u wassi’ masyhadii
Maha Pengkabul, wahai Maha Luas, luaskanlah penyaksianku.
حَكِيْمُ يَا وَدُوْدُ صِفْ مَوْرِدِيْ  2×
Khakiimuya waduudu soffi mauridii  2x
Maha Bijaksana, wahai Maha Mesra, bersihkanlah penghasilanku.
مَجِيْدُ يَا بَاعِثُ إِبْعَثْ هِمَّتِيْ
Majiidu yaa baa’itsu ib’ats himmati.
Maha Hebat, wahai Maha Pembangkit, bangkitkanlah semagatku.
شَهِيْدُ يَا حَقُّ وَحَقِّقْ وِجْهَتِيْ
Syahiidu yaa khaqqu wakhaqqiq wijhatii
Maha Menyaksikan, wahai Maha Benar, bernkan arah tujuanku.
وَكِيْلُ يَا قَوِيُّ قَوِّ لِيْ الْيَقِيْنْ
Wakiilu yaa qowiyyu qowwiliil yaqiin
Maha Pendadbir, waha Maha Kuat, kuatkan keyakinanku.
مَتِيْنُ يَا وَلِيُّ كُنْ لَنَا مُعِيْنْ
Matiinu yaa waliyyu kun lanaa mu’in
Maha Teguh, wahai Maha Penolong, jadikanlah untuk kami bantuan.
حَمِيْدُ يَا مُحْصِي فَأَصْلِحِ الْأُمُوْرْ
Kahdiidu yaa mukhshii fa ashlikhil umuur
Maha Terpuji, wahai Maha Penghitung, perbaikilah segala urusan.
مُبْدِئُ يَا مُعِيْدُ وَاشْرَحِ الصُّدُوْرْ
Mubdi’u yaa mu’iidu wasy rokhis shuduur
Maha Pencetus, wahai Maha Pengembali, lapangkanlah dada.
مُحْيِي مُمِيْتُ رَبَّنَا اصْلِحِ الْقُلُوْبْ
Mukhyii mumiitu robbashlikhil quluub
Maha Menghidupkan, Maha Mematikan, wahai Tuhan kami, perbaikilah setiap hati.
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ وَاكْشِفِ الْكُرُوْبْ  2×
Ya Khayyu yaa qoyyuumu waksyifil kuruub
Wahai Maha Hidup, wahai Maha berdiri dengan sendirinya, lenyapkanlah segala duka.
يَا وَاجِدٌ يَا مَاجِدٌ هَبْنَا الْأَمَلْ
Yaa waajidun yaa maajidun habnal amal
Wahai Maha Mewujudkan, wahai Maha Menghebatkan, berikanlah kami segala harapan.
يَا وَاحِدٌ يَا أَحَدٌ عَزَّ وَجَلّ
Yaa waakhidun, yaa akhadun ‘azza wajall
Wahai Maha Esa, wahai Maha Satu, wahai Maha Mulia lagi Agung.
يَا فَرْدُ يَا صَمَدُ أَصْلِحِ الشُّؤُوْنْ
Yaa fardu yaa shomadu ashlikhis syuun
Wahai Maha Tunggal, wahai Maha Dipinta, perbaikilah segala keadaan.
يَا قَادِرٌ مُقْتَدِرٌ جَلِّ الْحَزُوْنْ
Yaa qoodirun maqtadirun jallil khazun
Wahai Maha Berkuasa, Maha Penentu, semakin besar segala duka cita.
مُقَدِّمٌ مُؤَخِّرٌ كُنْ عَوْنَنَا
Muqoddimun muakhirun kun ‘aunanaa
Maha Mendahulukan, maha Menangguhkan, jadikan bantuan untuk kami.
أَوَّلُ يَا آخِرُ وَاكْشِفْ ضُرَّنَا
Awwalu yaa akhiru waksyif dlurronaa
Maha Awal, Maha Akhir, hentikanlah kesakitan kami.
يَا ظَاهِرٌ يَا بَاطِنُ اصْلِحْ مَا ظَهَرْ
Yaa dzoohirun yaa baathinusslikh maa dzohar
Waha Maha Nyata, wahai Maha Tersembunyi, perbaikilah segala yang nyata.
وَبَاطِنًا يَا وَالِ يَا مُتَعَالِ بَرّ  2×
Wabaathinan yaa waali yaa muta’aali barr 2x
Wahai Tersembunyi, wahai Maha Tinggi, Maha Baik.
تَوَّابُ تُبْ وَاكْفِ الْعِدَا يَا مُنْتَقِمْ
Tawwaabu tub wakfil ‘idaa yaa muntaqim
Maha Pemberi Taubat dan tangkislah segala keterlaluan, wahai Maha Pembalas.
عَفُوُّ يَا رَؤُوْفُ سَامِعْ مَنْ نَدِمْ
‘Afuwwu yaa rouufu samikh man nadim
Maha pemaaf, wahai Maha Mengasihani, ampunkanlah siapa yang menyesal.
يَا مَالِكُ الْمُلْكَ اعْطِنِيْ مَرَامِيْ
Ya maalikul mulka’thinii maroomi
Wahai Pemilik Kedaulatan, berikanlah kepadaku segala yang dicita.
فَأَنْتَ ذُوْ الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ
Fa anta dzul jalaali wal ikroomi
Maka engkaulah Maha Pemilik kebesaran dan kemuliaan.
مُقْسِطُ يَا جَامِعُ إِجْمَعْ لِيْ الْخُيُوْرْ
Muqsithu yaa jaami’u ijma’ liil khuyuur
Maha Seksama, wahai Maha Penghimpun, himpunkan untukku segala kebaikan.
غَنِيُّ يَا مُغْنِيُّ وَضَاعَفِ أُجُوْرْ
Ghoniyyu yaa mughniyy wadloo’afi ujuur
Maha Kaya, wahai Maha Pemberi kekayaan, gandakalah segala ganjaran.
يَا مَانِعٌ يَا ضَارُّ اكْفِنَا الضَّرَرْ
Yaa mani’un yaa dloorru ikfinaadl dloror
Wahai Maha Penghalang, wahai Maha Pemberi kemudlaratan, tolaklah segala yang mudharat.
يَا نَافِعُ انْفَعْنَا فَأَنْتَ الْمُدَّخَرْ
Yaa naafi’un fa’naa fa antal muddakhor 2x
Wahai Maha Pemberi manfaat, manfaatkanlah kami maka engkaulah sumber segala pembendaharaan.
يَا نُوْرُ نَوِّرْ وَاهْدِنَا يَا هَادِيْ
Yaa nuuru nawwir wahdinaa yaa haadii
Wahai Maha Cahaya, terangilah kami dan berilah petunjuk wahai Maha Pemberi petunjuk.
بَدِيْعُ أَصْلِحْ بَاطِنِيْ وَالْبَادِيْ
Badii’u ashlikh baathinii walbaadii
Yang Maha Pencipta, perbaikilah batinku dan yang dzohir.
يَا بَاقِيْ يَا وَارِثُ يَا رَشِيْدُ
Yaa baaqiy yaa waaritsu yaa rosyiidu
Wahai Maha Kekal, wahai Maha Pengasih, wahai Maha Pemimbing
صَبُّوْرُ هَبْنَا فَوْقَ مَا نُرِيْدُ
Shobuuru habnaa fauqo maa nuriidu
Maha Penyabar, berikanlah kami lebih dari yang kami maukan
مِنْ كُلِّ خَيْرٍ هَا هُنَا وَالْآخِرَةْ
Min kulli khoirin haa hunaa wal akhiroh
Dari setiap kebaikan di sini dan akhirat
وَزِدْ وَضَاعِفْ لِلْهِبَاتِ الْوَافِرَةْ
Wazid wadloo’if lilhibaatil waafiroh
Tambahkan serta gandakan segala pemberian yang melimpah ruah.
وَهَبْ لَنَا الْحَنَّانَ يَا حَنَّانُ
Wahab lanaal khannaana yaa khannaanu
Dengan berkat kekasihmu yang terpilih sebaik-baiknya kejadian yang suci.
وَامْنُنْ عَلَيْنَا إِنَّكَ الْمَنَّانُ  2×
Wamnun ‘alainaa innakal mannaanu 2x
Simpatilah ke atas kami sesungguhnya Engkau Maha Menyimpati.
بِالْمُصْطَفَى خَيْرِ اْلأَنَامِ الطَّاهِرِ
Bil musthofaa khoiril anaamit thoohiri
Dengan berkat kekasihmu yang terpilih sebaik dan sesuci ciptaan.
ذِي الْقَدْرِ وَالْوَجْهِ الْمُنِيْرِ الزَّاهِرِ
Dzil qodri wal wajhil muniiriz zaahiri
Pemilik kedudukan serta wajah yang bercahaya lagi mengharumkan.
ذِي الْجَاهِ وَالذِّكْرِ الْجَمِيْلِ الْعَاطِرِ
Dzil jaahi wadz dzikril jamiilil ‘aathiti
Pemilik kedudukan tinggi yang senantiasa diingati dengan keindahan mewangi.
وَأَكْرَمِ الشُّفَعَاءِ عِنْدَ الْفَاطِرِ
Wa akromis syufa’aai ‘indal faathiri
Semulia-mulia pemberi syafaat di sisi pencipta.
صَلىَّ عَلَيْهِ اللهُ وَالْآلِ الْغُرَرْ
Shollaa ‘alaihillahu wal alil ghuror
Allah bersholawat kepadanya serta kerabatnya yang setia.
وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ بِالْأَثَرْ
Washokhbihi wattaabi’iina bil atsar
Seta para sahabat dan pengikut yang mewarisi pusakanya.
مُسَلِّمًا فِيْ كُلِّ حِيْنٍ أَبَدًا
Musalliman fii kulli khiirin abadaa
Senatiasa berserah dalam setiap masa yang abadi.
وَالْحَمْدُ لِلرَّحْمٰنِ دَأْبًا سَرْمَدًا  2×         
Walkhamdu lirrokhmaani da’ban sarmadaa 2x

Sepenggal kisah



*Cerita penuh inspirasi dari ustadzah Halimah Alaydrus mengenai sahabat beliau Khadijah Baidho.*

Saya sering mendengar orang-orang bercerita bahwa laki-laki yang paling romantis adalah laki-laki bule. Saya mendapati bahwa ucapan itu tidak lah sepenuhnya benar.

Semasa saya belajar di tarim , hadramaut, Yaman, saya banyak mengenal muslimah dari Amerika, Australia, Eropa bahkan Afrika. Dan kebanyakan mereka tinggal di Tarim untuk memperdalam islam bersama dengan suami dan anak-anak mereka.

Dari sekian banyak suami-suami teman saya itu, saya perhatikan yang paling romatis adalah suami Khadijah. Ia bukan bule karena tidak berasal dari negara Barat, melainkan dari Baidho, sebuah daerah yang berada di utara Yaman.

Suatu hari saat sedang berbincang santai, saya berkata kepadanya,
"Kamu beruntung Khadijah, suamimu itu sangat lembut dan memuliakanmu, Aku rasa suamimu adalah suami paling romantis yang kukenal."

Khadijah tersenyum dan menjawab, "Iya, dia memang lelaki yang sangat baik akhlaknya. Aku beruntung menikah dengannnya"

"Semoga jika menikah nanti, Allah memberiku suami seperti suamimu itu," ujarku, mengomentari pujiannya.

Mendengar itu kulihat wajah Khadijah berubah ekspresi. Dia lalu berkata,
''Untung saja waktu itu aku tidak memutuskan sesuatu yang berbeda."

"Maksudmu?" tanyaku tak mengerti.

Wanita Arab berkulit sawo matang itu menghembuskan nafas panjang, lalu bercerita,

Kami menikah dua tahun, bulan-bulan pertama pernikahan semuanya berjalan indah. Dia seperti yang kamu lihat sekarang ini, sangat lemah lembut dan menghargaiku. Kami hidup sederhana, menempati sebuah rumah kecil pemberian orang tuanya, Dia bekerja sepanjang hari dan kembali sebelum maghrib, kami lalu sholat berjamaah membaca Al Quran, Sholat isya, lalu makan malam. Ia adalah imam yang sempurna. Aku beruntung mendapatkannya.

Bulan demi bulan berlalu dan ujian itu kemudian datang. Suatu hari ia pulang larut malam. Aku menunggunya dengan gelisah karena khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan, Sepanjang malam aku berdoa agar dia pulang dengan selamat.

Lewat tengah malam aku mendengar suara pintu dibuka, akupun segera menuju ke ruang depan. namun alangkah sangat terkejutnya aku mendapati dia jatuh pingsan di pintu dalam keadaan mabuk.

Aku seret dia menuju kamar. Dengan sekuat tenaga kubaringkan dia di tempat tidur. Kucoba bangunkan dia namun dia benar-benar tidak sadarkan diri. Melihat keadaannya, aku benar-benar sedih dan kecewa. Bagaimana seorang laki-laki yang begitu kukagumi dan kucintai, kudapati mabuk seperti ini?

Khadijah terdiam sejenak. Disusutnya airmata yang tergenang di pelupuk matanya, ia memandang saya dan berkata,

Aku tidak tahu bagaimana di negaramu Halimah, Tapi di negeriku, jangankan mabuk, merokok saja sudah dianggap sebagai tindak kriminal bagi laki-laki. Jadi dapat kau bayangkan seperti apa kesedihanku malam itu. Aku menangis disamping suamiku yang terbaring dalam kondisi yang menyedihkan.

Bajunya kotor, rambutnya awut-awutan, dan baunya menusuk hidung. Saat azan subuh terdengar, aku kembali berusaha membangunkannya dan dia sama sekali tidak bergerak. Aku benar-benar lelah dan tertidur di tempat sholatku setelah melaksanakan sholat subuh sendirian.

Aku terbangun ketika mendengar suara seseorang dikamar mandi. Kulihat jam menunjukan pukul sembilan pagi. Dia ternyata sudah bangun dan tengah mandi, Aku tunggu dia sampai keluar mandi, mengqodho sholat subuhnya yang tertinggal, kemudian aku mengajaknya bicara. Dia terlihat enggan mendengar penuturanku. Sesekali dia menganggukkan kepala ketika kukatakan agar jangan sesekali dia melakukan hal itu lagi.

Aku kira itu adalah malam paling kelam dalam hidupku. Namun nyatanya itu adalah awal dari malam-malam panjang penuh kesuraman. Terkadang ia tidak pulang hingga berhari-hari, dan jika pulang , pasti dalam keadaan mabuk. Aku hanya dapat menangis setiap kali melihatnya begitu. Aku kehilangan suamiku yang selama ini melindungiku, menghargai, dan menyayangiku.

"Usahaku bangkrut, aku ditipu, dan tidak tahu bagaimana harus menyelesaikan hutang-hutangku. Sedikit sisa harta yang kupunya kupikir akan berlipat ganda dengan cara aku judikan. Ternyata aku malah semakin jatuh. Hingga membuatku tidak lagi bisa berfikir wajar, Akupun minum khamr berusaha melupakan masalahku, Namun kala sadar, aku kembali tak mampu menghadapinya, sehingga aku kembali berjudi dan mabuk lagi," begitu ceritanya ketika aku tanyakan penyebabnya.

Dengan linangan airmata kukatakan kepadanya, "Rumah tangga ini adalah rumah tangga kita, kesulitanmu adalah kesulitanku juga, kita dapat mengatasinya bersama."

Namun ia menjawab, "Engkau adalah istriku, dan menafkahimu adalah urusanku. Doakan saja aku agar segera mendapatkan rizki yang membuatku dapat melunasi hutang-hutangku".

Percakapan yang bermutu itu sejenak meyakinkanku bahwa dia masih suamiku yang menikahiku dua tahun yang lalu.

Namun malam harinya aku kembali tak mengenalinya ketika ia kembali mabuk dan pulang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Barang-barang yang ada di rumah mulai habis dijual satu demi satu. Bahkan perhiasan pemberiannya di hari pernikahan pun terpaksa aku jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dipuncak kecewaku, aku memutuskan untuk mendatangi seorang ulama di kampungku.

Sesudah aku ceritakan kisahku dia memberiku pilihan,
"Dalam keadaan seperti ini sudah boleh bagi seorang istri untuk menuntut cerai kepada suaminya karena dia tidak mampu lagi melaksanakan tugasnya sebagai pemberi nafkah, namun jika kamu mau bersabar itu lebih baik."

Dan aku tidak memilih keduanya, aku memilih mengendalikan keadaan. Sebab kurasa aku belum maksimal berikhtiar

"Maksudmu?" tanya saya tak sabaran.

"Aku memilih untuk bekerja," jawabnya.

"Bekerja?"

Saya tidak dapat menyembunyikan keterkejutan karena saya paham betul, di negeri tempatnya tinggal, tak mudah menemukan pekerjaan untuk wanita.

Aku menjual roti Arab yang segede-gede nampah itu untuk aku jual kepada beberapa rumah makan. Dan Alhamdulilah, usaha ini cukup berjalan baik dan dapat memenuhi kebutuhan harian kami. Namun suamiku seringkali meminta uang itu dengan dalih berhutang. Dan ketika aku menolaknya, ia akan marah dan berusaha memecahkan barang-barang di rumah kami. Aku yang tidak mau kalau sampai tetangga tahu permasalahan dalam rumah tangga kami pun segera memberikan uang itu kepadanya.

Keadaan berlanjut hingga berbulan-bulan lamanya. dan tak kutemukan titik terang. Kini suamiku benar-benar menjadi makhluk asing

Aku kembali menjumpai beberapa ulama untuk meminta nasehat, dan mereka kembali memberikan kepadaku pilihan yang sama, sabar atau silahkan bercerai.

Namun salah seorang diantara mereka berkata, "Bagaimanapun ini ujian dalam pernikahanmu. Untuk kamu memilih bersabar atau mengakhirinya. Di dunia ini memang berisi soal-soal yang harus kamu hadapi, dan Allah adalah Sang jurinya."

Ucapan ulama yang satu ini membuatku berpikir keras. Bahwa tak akan ada yang sia-sia sesudah perjalanan panjang ini. Hanya saja aku belum memaksimalkan usaha.

Betul usahaku untuk bekerja memang sudah aku lakukan dan membuahkan hasil. Namun usahaku untuk meminta kepada Allah Sang Penggerak Hati sepertinya belumlah maksimal. Maka mulai malam itu aku memutuskan akan mulai mengerjakan tahajud dan berdoa pada sepertiga malam yang terakhir karena pernah kudengar bahwa doa di waktu tersebut lebih didengar Allah.

Aku bangun di sepertiga malam untuk sholat dan berdoa
"Ya Allah, telah kau satukan aku dan suamiku dalam maghligai pernikahan. Sayangilah dia ya Allah, kembalikan dia di jalanMu. Aku menyayanginya dan tak mampu kubayangkan dia dalam murka dan siksa-Mu jika tetap seperti itu. Pertemukan ia dengan seseorang yang dapat mengembalikannya ke jalanMu Yaa Allah"
kurang lebih begitulah aku berdoa setiap malam.

"Dan doamu di ijabah?" tanyaku kembali tidak sabaran.

Tidak juga. Suamiku malah menghilang, kabur, tiga bulan tak pulang-pulang. Dan hal itu membuat keluargaku dan keluarganya mengetahui masalah kami. meskipun semua nya membelaku.

Ibunya berkata,
"Maafkan kami, Khadijah, kami tidak tahu kelakuannya seperti ini. Jika saja kami tahu dari sebelumnya, kami tidak akan menikahkannya denganmu. Kalau kelak ia kembali, kami akan memintanya menceraikanmu dengan baik-baik. wanita sepertimu tidak patut dizalimi seperti ini."

Namun aku katakan kedapanya,
"Dia sebenarnya seorang lelaki soleh, hanya saja saat ini dia sedang terfitnah dan terkalahkan oleh keadaan. Saya yakin ia akan kembali ke jalan yang benar"

Lantas ibu mertuaku ini memelukku dengan linangan air mata dan terus-terusan berujar "Maafkan aku"

Setelah keluarga besar kami mengetahui permasalahannya, mereka bersatu padu melunasi hutang-hutangnya. Suamiku , sebelum masa sulit ini adalah seorang yang ringan tangan, selalu membantu jika ada keluarga atau sahabat yang kesulitan. Barangkali itu juga yang membuat mereka tidak segan-segan membantunya. meskipun mereka semua tidak tahu dimana keberadaannya pada saat itu.

Ya minggu berganti bulan, dan hilal berganti purnama telah tiga kali berulang, suamiku tak juga datang.

"Apa yang membuatmu tak menyerah dan terus mendoakannya, wahai Khadijah?"
Saya bertanya lagi, karena kagum dengan kegigihannya, dan jawabannya sangatlah indah.

Karena aku yakin malam tatkala telah sangat pekat, pertanda fajar akan sebentar lagi terbit. Aku tak mau menyerah di saat jalan keluar telah berada di ujung mata

"dan fajarmu benar-benar terbit?" tanya saya lagi.

Ya aku ingat betul malam itu. Aku sudah tertidur ketika kurasakan tangan seseorang menyentuh kakiku. Aku tersentak kaget dan mendapati dia duduk di sisi tempat tidur sambil menunduk. Kulitnya lebih hitam, cambang dan kumisnya tak lagi terurus, bahkan rambutnya sudah terlewat beberapa minggu dari waktu seharusnya bercukur. Ia menoleh padaku, saat itulah aku tahu ia telah kembali. Aku lihat tatap matanya berbeda dari waktu terakhir kujumpai dulu. Kali ini tatapannya redup dan teduh seperti kala aku menikah dengannya dulu.

"Kamu masih istriku bukan?" Tanyanya ragu.

"Tentu saja" jawabku. "Bukankah hanya kamu yang punya hal untuk menceraikan?"

"Maksudku apa kamu masih mau menjadi istriku?" tanyanya menegaskan.

"Aku memandang wajahnya, kutatap matanya dan dia balas menatap mataku. Aku lalu mengangguk. Ia memelukku cukup lama dan berbisik di telingaku, "Terima kasih telah mau menungguku, dan maafkan aku"

Tangis kami berdua pecah bersama pelukan.

"Jika kamu masih mau menjadi istriku, maukah kamu ikut denganku menuju seseorang yang kurasa dapat membimbing kita?"

"Siapa?" tanyaku tak sabaran.

"Habib Umar bin Hafidz di Tarim Hadramaut sana. Aku sudah berjumpa dengannya dan tinggal di pondok pesantrennya beberapa hari. Aku benar-benar bahagia di sana. Aku pun sudah menyampaikan padanya bahwa aku ingin tinggal disana bersama istriku, namun aku tidak punya cukup uang untuk membiayai kehidupan. Dan Habib Umar bilang, "Bawalah istrimu kemari dan kamu bisa membiayai hidup kalian dengan bekerja padaku sebagai tukang roti."

Mendengar itu air mataku tumpah lebih deras, namun kali ini bukan air mata kesedihan melainkan airmata kesyukuran. Doa ku telah didengar Allah.

Malam itu juga kami segera bersiap-siap. Dan tanpa membuang waktu, pagi hari kami sudah berkendara. Kami menyewa sebuah mobil tanpa AC menempuh perjalanan berbelas-belas jam. Namun sungguh itu adalah perjalanan paling meneduhkan dan menenangkan sebab hati kami sejuk dan jiwa kami damai.

Beberapa hari aku ajarkan suamiku membuat roti di rumah sewaan kami yang kecil, kemudian ia mulai bekerja di dapur Habib Umar sebagai tukang roti.

Dan ya seperti yang kamu lihat, Halimah. Suamiku adalah seorang imam rumah tangga yang sempurna. Ia begitu menghargai dan menyayangiku

Ucapnya mengakhiri kisah panjang perjuangannya. Meninggalkan aku yang masih terkesima dengan kisah indahnya.

Hari itu aku belajar untuk tidak menyerah kala ujian kehidupan menghadang. Tak ada masalah besar selagi Allah yang Maha besar kau libatkan.

ماشاءالله 😭
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

Tersingkap nya betis bidadari

Pada zaman Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa aali wasallam, hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid, yang berumur 35 tahun, namun belum juga menikah.
Dia tinggal di Suffah (teras) masjid Madinah.

Ketika sedang mengasah pedangnya, tiba-tiba Rasulullah Saw datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.

“Wahai saudaraku Zahid…selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah Saw menyapa.

“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid, sambil tertunduk tak kuasa melihat kharismatik wajah Beliau.

“Maksudku kenapa engkau selama ini membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,?” Tanya Rasulullah Saw.

Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku tak tampan, siapa yang mau dengan diriku ya Rasulullah?”

”Asal engkau mau, itu urusan yang mudah.” Kata Rasulullah Saw sambil tersenyum.

Kemudian Rasulullah Saw memerintahkan Sahabatnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita.

Setelah surat itu selesai ditulis, maka Rasulullah memberikan surat tersebut kepada Zahid dan memerintahkan agar segera mendatangi rumah Said dan menyerahkan surat lamaran tersebut kepadanya.

Disebabkan di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.

“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasulullah yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”

Said menjawab, “Wah, ini adalah suatu kehormatan buatku.”

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?”

Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong...”

Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini… bukankah lebih baik di persilahkan masuk?”

“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.

Di saat Zulfah melihat Zahid, sambil menangis ia berkata,
“Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau dengan dia ayah..!”

Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama Rasulullah?”

Akhirnya Said berkata, “Lamaran kepada dirimu ini adalah perintah Rasulullah.”

Zulfah kaget kemudian beristighfar beberapa kali,

*أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...*

Ia menyesal atas kelancangan perbuatannya itu. Seketika ia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa tidak sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dinikahkan dengan pemuda ini.
Karena aku ingat firman Allah dalam Al-Qur’an surah An Nur:

*إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (النور ٥١)*

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka diminta Allah dan Rasul-Nya agar Rasul yang mengadili (mengambil keputusan ) diantara mereka, ucapan yang muncul hanyalah : Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. An Nur 24:Ayat 51)”

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang-layang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada taranya, dan segera melangkah pulang.

Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasulullah yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.

“Bagaimana Zahid?”

“Alhamdulillah lamarannya diterima ya Rasulallah,” jawab Zahid.

“Apakah sudah ada persiapan?”

Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasulallah, aku tidak memiliki apa-apa.”

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke beberapa sahahbat untuk membantunya mendapatkan uang untuk menikah.

Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan perkawinan.

Tak lama kemudian setibanya di pasar, bersamaan itu pula ada pengumuman Jihad untuk perang melawan orang kafir yang mau menyerang masyarakat muslim Madinah.

Zahid Mulai bingung untuk menentukan sikap, menikah atau berjuang demi Agama Allah.

Akhirnya dia mencoba kembali lagi ke masjid. Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?”

Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengetahui?”

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah jika begitu uang untuk menikah ini akan aku belikan baju besi dan kuda yg terbaik, aku lebih memilih jihad bersama Rasulullah dan menunda pernikahan ini."

Para sahabat menasihatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau malah hendak berperang?”

Zahid menjawab dengan tegas, “Hatiku sudah mantap untuk bersama Al Musthafa Rasulullah pergi berjihad.”

Lalu Zahid membacakan ayat AlQur'an di hadapan sahabat Nabi:

*قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (التوبة ٢٤)*

“Katakanlah, Jika bapak -bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum kerabatmu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu kuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai , itu semua lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dengan) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah, 9:24).

Akhirnya Zahid maju ke medan pertempuran. Dengan hebatnya beliau bertempur, banyak dari kaum kafirin tewas di tangannya dan pada akhirnya beliau mendapatkan syahid. Gugur demi membela agama Allah dan Rasulullah. . .

Peperangan telah usai, kemenangan direbut oleh Rasul dan pasukannya.

Senja yang penuh dengan keberkahan ketika Rasullullah memeriksa satu persatu yang telah gugur di jalan Allah, sebagai Syuhada Allahu azza wajalla.

Nampak dari kejauhan sosok pemuda yg bersimbah darah dengan luka bekas sasatan pedang.

Rasulullah menghampiri jasad pemuda itu sambil meletakkan kepalanya di pangkuan manusia agung ini. Habiballah
memeluknya sambil menangis tersedu-sedu, "Bukankah engkau ya Zahid yg hendak menikah malam ini ??"
Tapi engkau memilih keridhaan Allah, berjihad bersamaku."

Tak lama kemudian Rasulullah tersenyum sembari memalingkan muka ke sebelah kiri karena malu.
Disebabkan karena ternyata sesosok bidadari cantik dari Surga menjemput Ruh mulia pemuda ini, dan tak sengaja gaunnya tersingkap hingga betisnya yang indah terlihat.
Ini yang membuat Rasulullah malu.

Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”

Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an;

*وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ  فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (آل عمران ١٦٩ - ١٧٠)*

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sejatinya mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan bahagia disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
(QS. Ali Imran, 3:169-170.)

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata, dan Zulfah pun berkata,
“Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak dapat mendampinginya di dunia, maka izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”

Kisah cinta Salman Al Farisi yang menggetarkan hati

Sebuah Bukti Cinta bahwa Cinta tak Harus Memiliki

Salman-al-farizi

Ada banyak kisah cinta dua umat manusia yang melegenda di dunia ini, mulai dari kisah cinta roman ala Shakespeare, hingga kisah cinta Islami Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Az Zahra yang indah. Namun pada kesempatan kali ini, kita akan mengintip bagaimana kisah cinta Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu yang akan menginspirasimu.

Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu adalah seorang pemuda Persia. Salman Al Farisi tak lain adalah mantan budak di Isfahan, salah satu daerah di Persia. Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu adalah sahabat Rasulullah yang spesial. Ia terkenal dengan kecerdikannya dalam mengusulkan penggalian parit di sekeliling kota Madinah pada saat kaum kafir Quraisy Mekkah bersama pasukan sekutunya menyerbu Rasulullah dan juga kaum muslimin dalam perang Khandaq. Ada sekitar dua puluh empat ribu pasukan musuh dibuat kalah, karena parit yang diusulkan Salman Al Farisi dan tentu saja karena pertolongan Allah yang mendatangkan angin topan. Musuh agama Allah itu pulang dengan tangan hampa dan hati kecewa karena kalah perang. Sejak itu nama Salman Al-Farisi Radhiallahu’anhu makin bersinar di kalangan para sahabat.

Sedangkan untuk kisah cintanya, Salman Al Farisi merasakan jatuh cinta ketika Rasulullah dan kaum muslimin hijrah menuju kota Madinah. Maka di kota inilah Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu berniat untuk menggenapkan separuh agamanya dengan menikah. Saat itu diam-diam Salman Al Farisi menaruh perasaan cinta kepada seorang wanita muslimah Madinah nan sholihah yang disebut kalangan Anshar. Maka dia pun memantapkan niatnya untuk melamar wanita pujaan hatinya.

Namun sayangnya ada sesuatu yang mengganjal di hati Salman Al Farisi ketika hendak melamar. Salman Al Farisi merasa asing, karena dia adalah penduduk baru dan jelas belum mengetahui bagaimana adat melamar wanita di kalangan masyarakat Madinah dan bagaimana dengan tradisi Anshar saat mengkhitbah wanita. Demikianlah hal yang dipikirkan Salman Al Farisi, dia tak tahu mengenai budaya yang diterapkan di kota yang baru ini dan jelas tak bisa sembarangan tiba-tiba datang mengkhitbah wanita tanpa persiapan matang.

Hingga akhirnya Salman Al Farisi mendatangi seorang sahabatnya yang merupakan penduduk asli Madinah, yaitu Abu Darda. Ia bermaksud meminta bantuan dari sahabatnya, Abu Darda untuk menemaninya saat mengkhitbah wanita impiannya. Setelah mendengar cerita sahabatnya tersebut, Abu Darda pun begitu girang. Ia pun memeluk Salman Al Farisi dan bersedia membantu dan juga mendukung sahabatnya itu. Tak ada perasaan ragu bahkan menolak dalam diri seorang Abu Darda. Dan inilah kesempatan Abu Darda untuk membantu saudara seimannya.

Setelah sebuah persahabatan yang indah itu menolong Salman Alfarisi, maka beberapa hari kemudian ia mempersiapkan segala sesuatunya, Salman Al Farisi pun mendatangi rumah sang gadis dengan ditemani sahabatnya itu. Keduanya merasa begitu gembira selama perjalanan. Setiba di rumah wanita sholihah tersebut, keduanya pun diterima dengan baik oleh sang tuan rumah, yang tak lain adalah orang tua wanita Anshar yang dicintai oleh Salman Al Farisi.

Abu Darda pun memperkenalkan dirinya dan memperkenalkan Salman Al Farisi, ia pun menceritakan mengenai Salman Al Farisi yang berasal dari Persia dan kini telah berhijrah ke Madinah. Abu Darda juga menceritakan mengenai kedekatan Salman Al Farisi yang tak lain adalah sahabat Rasulullah. Dan terakhir adalah maksudnya untuk mewakili sahabatnya itu untuk melamar.

Mendengar itu semua, maka si tuan rumah merasa sangat terhormat. Ia senang akan kedatangan dua orang sahabat Rasulullah. Ditambah lagi karena salah satunya bahkan berkeinginan melamar putrinya. Namun hal itu tidak membuat sang ayah langsung menerimanya. Karena seperti yang diajarkan Rasulullah, bahwa sang ayah harus bertanya bagaimana pendapat putrinya mengenai lamaran tersebut. Karena jawaban itu adalah hak dari putrinya secara penuh.

Sang ayah pun lalu memberikan isyarat kepada istri dan juga putrinya yang berada dibalik hijabnya. Ternyata sang putri telah mendengar percakapan sang ayah dengan Abu Darda. Maka wanita muslimah tersebut ternyata juga telah memberikan pendapatnya mengenai pria yang melamarnya. Berdebarlah jantung Salman Al Farisi saat menunggu jawaban dari balik tambatan hatinya, tak hanya itu Abu Darda pun menatap gelisah pada wajah ayah si gadis. Dan tak begitu lama semua menjadi jelas ketika terdengar suara lemah lembut keibuan sang bunda yang mewakili putrinya untuk menjawab pinangan Salman Al Farisi.

“Mohon maaf kami perlu berterus terang”, kalimat itu membuat Salman Al Farisi dan Abu Darda berdebar menanti jawaban. Manusiawi, karena Salman Al Farisi dan Abu Darda hanyalah manusia biasa juga seperti kita. Maka perasaan tegang dan gelisah pun segera menyeruak dalam diri mereka berdua.

“Namun karena kalian berdualah yang datang dan mengharap ridho Allah, saya ingin menyampaikan bahwa putri kami akan menjawab iya jika Abu Darda juga memiliki keinginan yang sama seperti keinginan Salman Al Farisi”. Sungguh jawaban yang mengagetkan, wanita yang diidam-idamkan untuk menjadi istri Salman Al Farisi, justru memilih Abu Darda yang hanya ingin membantu pinangan sahabatnya. Takdir Allah berkehendak lain, cinta bertepuk sebelah tangan. Tetapi itulah ketetapan Allah menjadi rahasia-Nya, yang tidak pernah diketahui oleh siapapun kecuali oleh Allah.

Jika seperti pria pada umumnya, maka hati Salman Al Farisi pasti hancur berkeping-berkeping. Ia akan merasakan kehancuran yang teramat sangat. Tapi berbeda dengan pria lainnya, Salman Al Farisi merupakan pria sholih, taat, dan juga seorang mulia dari kalangan sahabat Rasulullah. Dengan ketegaran hati yang luar biasa ia justru menjawab, Allahu Akbar. Salman Al Farisi girang, bahkan ia justru menawarkan bantuan untuk pernikahan keduanya. Tanpa perasaan hati yang sakit, ia dengan ikhlas memberikan semua harta benda yang ia siapkan untuk menikahi si wanita itu. Bahkan mahar dan nafkah yang telah dipersiapkan diberikan kepada Abu Darda. Ia juga akan menjadi saksi pernikahan sahabatnya itu.

Betapa indahnya kebesaran hati Salman Al Farisi yang begitu faham bahwa cinta, kepada seorang wanita tidaklah memberinya hak untuk memiliki. Sebelum lamaran diterima, sebelum melaksanakan ijab qabul diikrarkan, cinta tidak menghalalkan hubungan dua insan. Tak hanya itu, ia juga sangat faham akan arti persahabatan sejati.

Wallahu a'lam

Semoga bisa menginspirasi ...


*🌹catatan seggaf🌹*

Penalaran hukum

Penalaran merupakan proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sebuah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau di anggap benar, orang yang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak di ketahui. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi-informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Proses inilah yang disebut manalar. Kegiatan penalaran mungkin dapat bersifat ilmiah ataupun dapat bersifat tidak ilmiah.
Yang dimaksud penalaran  adalah proses mengambil kesimpulan atau membentuk pendapat berdasarkan fakta-fakta tertentu yang sudah tersedia, atau berdasarkan konklusi-konklusi terteentu yang telah terbukti kebenarannya. Yang dimaksud fakta-fakta tertentu adalah data-data, peristiwa-peristiwa, hubungan-hubungan, dan kenyataan-kenyataan yang di gunakan dalam proses penalaran. Sedangkan yang dimaksud konklusi-konklusi yang telah terbukti kebenarannya adalah premis-premis aksiomatik, kaidah-kaidah berfikir, dan hasil-hasil kesimpulan yang ditemukan lewat pembuktian yang sebelumnya.
Penalaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses berfikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ad sehingga pada suatu kesimpulan, data atau fakta yang akan di nalar itu boleh benar dan boleh tidak benar, disiniah letak kerjanya penalaran orang yang akan menerima data dan fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Data yang dapat di pergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu kesimpulan ini harus berbentuk kalimat-kalimat pernyataan yang dapat di pergunakan sebagai data itu disebut reposisi.
Pengertian nalar itu sendiri menurut kamus bahas Indonesia, yang artinya pertimbangan tertentu tentang baik dan buruk, akal budi, aktivitas yang memungkinkan seseoarang berfikir logis, jangkauan pikir, kekuatan pikir.Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Sedangkan hukum menurut Immanuel Kant :Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentang kenerdekaan.
Penalaran hukum adalah esensi terpenting dari pekerjaan seorang hakim, sekalipun eksponen Critical Legal Studies seperti Duncan Kennedyy selalu menyangsikan kekhasan dari penalaran hukum tersebut.Kennedy pernah berujar, “teachers teach nonsense when they persuade students that legal reasoning is distinct, as a method for reaching correct result, from ethical or political discourse in general. There is a never a ‘ correct legal solution’ that is other than the correct ethical or political solution to the legal problem” (kairys, 1982: 47).  Menurutnya penalaran adalah cara yang salah, sebagai metode untuk mencapai hasil yang benar. tidak pernah ada solusi hukum yang benar yang lain selai etika yang benar atau solusi politik untuk masalah hukum. Kenndy mungkin lupa bahwa hukum berhubungan dengan problematika kemanusiaan yang kompleks, sehingga mustahil ia dapat di nalarkan secara monolitik.
Penalaran hukum adalah fenomena yang multifaset.Kendati demikian, penalaran itu tidak boleh dilakukan dengan sekehendak hati.Harus berdasarkan teori dan fakta yang bersangkutan dengan kasus hukum.Penalarsn hukum adalah penalaran yang reasonable, bukan semata logical.William zelemayer (1960: 4) membedakan antara kedua istilah itu dengan kata-kata sebagaiberikut: “we are dealing with human being and not with things. We must reasonable. This mean that the law and its decisions must be suppoted by reason; they must be products of arbitrary action. To be reasonable does not necessarily mean to be logical. Logic can lead to injustice, hence we must guard against its abusive use.” (hooft, 2002: 23). Tentu saja penalaran hukum berlaku dalam semua pekerjaan para pengemban provesi hukuum lainnya di luar hakim.Namun, intensitas tingkatannnya.Tidak mengherannkan jika akhirnya ada pandangan yang menyatakan bahwa legal reasoning itu pada hakikatnya adalah judicial reasoning.

B. Jenis Metode Penalaran

     Ada dua jenis metode dalam  menalar yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.
1. Penalaran deduktif
Deduktif atau deduksi berasal dari bahasa inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berfikir dimana pernyataan yang bersifat umum di tarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola fikir silogisme yang secara sederhana di gambarkan sebagai penyusun dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.Pernyataan yang mendukung silogisme disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor.Kesimpulan merupakan pengetahuan yang di dapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.
Jadi penalaaran deduktif adalah suati penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui dan diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan yang baru yang bersifat lebih khusus.Metode ini di awali pembentukan teori, definisi operasional, instrument dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala atau peristiwa. Jenis penalaran deduktif yaitu:
a. Silogisme kategorial
b. Silogisme hipotesis
c. Silogisme alternatif
d. Entimen

2. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berfikir untuk menarik kesimpulan umum dan merumuskan pendapat berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta khusus dari hal-hal tertentu. Penalaran induktif adalah suatu metode penalaran yang konklusinya lebih luas dari premis mayor dan premis minornya.Penalaran induktif adalah penalaran yang berpangkal pada peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memiliki konsep secara canggih, tetapi cukup dengan mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat di tarik generalisasi dari suatu gejala.Dalam konteks ini teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendeskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.Hukum yang disimpulkan dalam fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum di teliti.
Contoh penalaran induktif
“Anggaplah kita mengunjungi toko buah-buahan karena ingin membeli apel. Kita ambil sebuah apel tersebut, dan ketika mencicipinya, terbukti itu masam.Apel yang telah dicicipi ini keras dan hijau. Kita ambil lagi sebuah apel yang lain. Itupun keras, hijau, dan masam.Si pedagang menawarkan apel ketiga.Akan tetapi sebelum mencicipinya kita memperhatikan dan terbukti yang itupun keras dan hijau, dan seketika itu juga kita memberitahukan jika kita tidak menghendakinya, karena yang itupun pasti masam, seperti yang lainnya yang sudah kita cicipi.”
Induksi tersebut sesuai dengan definisi Aristoteles, yaitu proses peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada yang universal. Disini premisnya berupa proposisi-proposisi singular, sedaangkan kesimpulannya sebuah proposisi universal yang berlaku secara umum.Maka induksi dalam bentuk ini disebut generalisasi.
Dari contoh diatas dapat diketahui ciri-ciri induksi, yaitu:
1. Premis-premis dari induksi adalah proposisi empiris yang langsung kembali pada suatu observasi indera atau proposisi dasar.
2. Kesimpulan penalaran induksi itu lebih luas daripada apa yang di nyatakan didalam premis-premisnya.
3. Kesimpulan induksi itu memiliki kredibilitas nasional.
Jenis penalaran induktif yaitu :
a. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu inferensi yang bertolak dari sebuah fenomenal individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum dan mencangkup semua fenomena.Generalisasi juga dapat dapat dinyatakan sebagai pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gajala, yang dimulai dengan peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum.
Contoh:
Premis mayor : si Ahmad penduduk Bandung adalah petani
Premis minor  : si Ibnu penduduk bandung adalah petani
Konklusi : semua penduduk bandung adalah petani

b. Analogi
Analogi adalah proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu di tarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengn cara membandingkan kondisi nya.
Contoh :


c. Kausal
Kausal adalah proses berfikir untuk menarik kesimpulan bahwa sebab tertentu akan menimbulkan akibat atau pengaruh tertentu pula. Atau sebaliknya, proses berfikir untuk menarik kesimpulan bahwa suatu akibat ditimbulkan oleh suatu sebab tertentu.
Contoh :
Seorang murid yang malas yang kemudian menjadi rajin setelah menyadari bahwa kemalasan akan menjadi sebab bagi lahirnya kegagalan naik kelas dan kerugian bagi perkembangan mental dirinya selanjutnya dimasa yang akan datang.

Hadis Ali nazil

A. Pengertian
Dari segi bahasa, ali adalah isim fa’il dari kata الْغُلُوُّ  yang berarti tinggi, antonim dari النُّزُوْلُ yang artinya rendah atau turun. An-nazil berasal dari An-nuzul. Tinggi dan rendah dapat berlaku pada suatu tempet atau pada status dan kedudukan. Tinggi dan rendah disesuaikan dengan tingkat derajat kualitas suatu hadis.Jika sedikit perawi suatu hadis, tentunya lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan jumlah perawi yang banyak dalam konteks hadis yang sama-sama shahih. Dalam istilah muhadditsin, hadis ali adalah:
مَا قَلَّ عَدَ دُ رُوَاتِهِ إِلَى الرَّسُوْلِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنِّسْبَةِ لِسَنَدٍ آخَرَ
Suatu hadis yang sedikit jumlah para perrawinya sampai kepada Rasulullah Saw dibandingkan dengan sanad lain.
 
مَاكَثُرَ عِدَدُ رُوَاتِهِ إِلَى الرَّسُوْلِ صَلَّ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِا لنِّسْبَةِ لِسَنَدٍ آخَرَ 
Hadis yang banyak jumlah para perawinya sampai kepada Rasulullah Saw dibandingkan dengan sanad lain.
Dari pengertian di atas jelas bahwa hadis ali adalah hadis yang sedikit jumlah perawi yang ada dalam sanad sampai kepada Rasulullah jika dibandingkan dengan sanad lain, sedangkan hadis nazil sebaliknya, yaitu hadis yang banyak jumlah perawi dalam sanad jika dibandingkan dengan sanad lain. Misalnya sanad suatu hadis mencapai 9 orang sementara sanad hadis lain hanya 7 atau 5 orang, tentu yang sedikit sanad-nya yaitu 5 orang disebut ali dibandingkan dengan sanad yang berjumlah 7 orang. Demikian juga sanad yang berjumlah 7 orang dibandingkan dengan sanad yang berjumlah 9 orang. Sebaliknya, sanad suatu hadis yang berjumlah 9 orang lebih banyak daripada sanad yang berjumlah 7 dan 5 orang yang disebut hadis nazil.
b. Macam- Macam hadis Ali
Hadis ali dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. Ali Mutlak, yaitu hadis yang lebih dekat para perawinya dalam sanad dengan Rasulullah Saw karena lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan sanad lain pada hadis yang sama. Ali mutlak ini paling tinggi diantara macam-macam ali apabila ia memiliki sanad yang shahih.
2. Ali Nisbi atau idhafi, yaitu hadis yang dekat atau sedikit jumlah perawinya dalam sanad dengan beberapa hal tertentu dibawah ini.
a. Dekat dengan salah seorang imam hadis. Misalnya dekat dengan Al-Amasy atau Hasyim atau Ibnu Juraji, dan atau dengan Malik, sekalipun banyak para perawi setelah iman tersebut sampai kepada Rasul.
b. Dekat dengan salah seorang pengarang kitab induk hadis yang dapat dipedomani seperti kitab shahihayn dan 4 kitab sunan. Dalam hal ini ada beberapa macam:
1. Muwafaqah, yaitu jika melalui sanad syaikh (guru) salah seorang penghimpun hadis ke dalam kitab hadis lebih dekat atau lebih sedikit daripada melalui sanad penghimpun tersebut. Misalnya, kata Ibnu Hajar sebagaimana yang dikutip oleh Ajaj Al-Khathib dan At- Thahan, bahwa sanad sebuah hadis diriwayatkan Al-Bukhori dari Qutaibah dari Malik, jarak antara kita dan Qutaibah sebanyak 8 orang. Sedangkan sanad hadis yang sama melalui Abu Al-Abbas As-Siraj dari Qutaibah antara kita dan Qutaibah terdapat 7 orang. Berarti terjadi adanya kecocokan (Muwafaqah) bagi kita dengan Al-Bukhori pada syaikhnya dan sanad kita lebih sedikit (ali).
2. Badal, yaitu jika melalui sanad syaikhnya syaikh (gurunya guru) salah seorang penghimpun kitab hadis lebih dekat atau lebih sedikit daripada melalui sanad penghimpun tersebut. Contohnya, isnad Al-Bukhori di atas dengan melalui isnad lain dari Al-Qa’nabi dari malik. Al-Qa’nabi sebagai pengganti (badal) dari Qutaibah. Al-Qa’nabi adalah syaikhnya syaikh Al-bukhori.
3. Musawah, yaitu adanya persamaan jumlah isnad dari seorang perawi sampai akhir dengan isnad salah seorang penghimpun ke dalam buku hadis. Misalnya kata Ibnu Hajar, jika An-Nasa’I meriwayatkan sebuah hadis dari nabi Saw jarak antara keduanya sebanyak 11 orang, sementara hadis yang sama melalui sanad lain antara kita dan Nabi juga 11 orang. Dalam hal ini berarti adanya persamaan (Musawah) jumlah bilangan periwayatantara kita dan An-Nasa’i.
4. Mushafahah, yaitu persamaan jumlah para perawi dalam sanad dari seorang perawi sampai akhir dengan isnad murid salah seorang penghimpuun kitab hadis. Dinamakan mushafahah karena pada umumnya kedua belah pihak antara perawi sebuah hadis dengan murid salah seorang penghimpun hadis tersebut berjabatan tangan.
c. Ali, karena sebagian perawi meninggal terlebih dahulu. Terkadang didapatkan dua sanad yang sama jumlah para perawi dalam sanad, tetapi salah satu sanad terdapat sebagian perawi yang meninggal terlebih dahulu maka ia di hukumi ali
d. Ali karena lebih dahulu mendengar. Misalnya, dua orang perawi sama-sama mendengar suatu hadis dari seorang syaikh. Akan tetapi salah satunya telah mendengar sejak 60 tahun yang lalu, sementara perawi yang satu lagi telah mendengar sejak 40 tahum yang lalu, jumlah perawi dalam sanad sama. Sanad ali karena lebih dahulu mendengar.
C. Macam- Macam Nazil
Pembagia hadis nazil lawan dari macam-macam hadis ali di atas.
 D.Hukum Hadis Ali dan Nazil
Mayoritas ulama menilai hadis ali lebih utama daripada nazil, karena ia lebih jauh dari kemungkinan- kemungkinan cacat. Ibnu Al-Madini berkata “Nazil itu tercela”. Ini jka sama-sama kuat sanad-nya. Mayoritas ulama berpendapat isnad ali dari orang- orang tsiqah lebih utama daripada isnad nazil, sekalipun dari orang-orang tsiqah pula. Mereka tidak mengambil hadis ali yang bukan dari orang-orang tsiqah sebagaimana banyak di antara mereka  memilih nazil daripada ali apabila lebih berfaedah.
Secara umum, tingkatan hadis ali dan nazil ibarat sebuah barang yang diperjualbelikan sekalipun berharga yang sudah second, jika baru melalui sedikit tangan, lebih baik daripada yang sudah melalui banyak tangan. Inipun jika para pemilik itu sama-sama jujur. Jika tidak maka tidak ada pengaruhnya antara banyak dan sedikit tangan yang pernah memiliki barang tersebut.
Nama hadis ali dan nazil tidak menunjukkan keshahihan suatu isnad. Oleh karena itu, para ulama lebih memperhatikan sifat-sifat perawi daripada jumlah para perawi dalam sanad.Tujuan ulama, mutaqddimin mengetahui isnad ali yang dekat dengan Rasulullah, karena sangat dimungkinkan sedikit kesalahan dibandingkan yang nazil.

KEUTAMAAN BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM

BAB KE 3 *{الباب الثالث}: في فضيلة بسم الله الرحمن الرحيم* قال صلى الله عليه وسلم: {مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ بِسْمِ الله الرَّحْمٰنِ الرَ...